Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Pembelajaran dalam Menggali Potensi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif

1 September 2024   22:02 Diperbarui: 3 September 2024   12:29 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa terkecuali. Pernyataan itu tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan ayat 2. Hak tersebut berlaku juga bagi anak-anak Indonesia yang memiliki ketidaksempurnaan fisik yang biasa disebut anak berkebutuhan khusus.

Di dalam Undang Undang No.23 tahun 2002 pasal 48 dan pasal 49 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan program pendidikan wajib minimal sembilan tahun dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mendapat pendidikan.

Kesempatan mendapatkan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus diperkuat dalam UU No.20 tahun 2003 ayat 1,2, dan 3 menyatakan bahwa setiap warga negara yang memiliki kelainan baik secara fisik, emosional, mental, dan lain sebagainya berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan mutu yang sama.

Dari beberapa regulasi tersebut sangat jelas disebutkan jika setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk meraih cita-cita mereka tanpa kecuali termasuk para penyandang disabilitas atau yang biasa kita sebut anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan tentang pendidikan inklusif di beberapa sekolah.

Anak berkebutuhan khusus adalah kelompok siswa yang membutuhkan perhatian yang seksama dalam proses pendidikan di sekolah. Potensi mereka sangat unik dan harus digali dan dikembangkan dengan maksimal melalui pendekatan yang tepat. Melalui pendidikan inklusif di sekolah-sekolah inklusif diharapkan para peserta didik khusus ini dapat memaksimalkan semua potensinya.

Masalah utama yang ditemukan dalam memberikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini adalah kemampuan tenaga pendidik yang kurang menguasai penanganan yang tepat bagi mereka. Ketidakmampuan guru dan kesiapan sekolah dalam memberikan bimbingan dan layanan individual bagi para peserta didik khusus sehingga mereka mendapat layanan apa adanya saja. 

Padahal para peserta didik khusus ini memiliki potensi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan khusus masing-masing.Anak berkebutuhan khusus ini digolongkan dalam beberapa jenis: anak berkebutuhan khusus karena masalah jasmani, dan anak berkebutuhan khusus karena masalah psikologi dan perilaku.

Dalam artikel ini, kita akan membahas strategi bimbingan,media dan model pembelajaran yang sesuai bagi siswa dengan gangguan pendengaran. Mengapa saya mengambil tema tersebut? Jawabnya sederhana karena saya dekat dengan dunia peserta didik yang mengalami hambatan pendengaran. Artikel ini sebagian besar berdasarkan pengalaman saya dan berdasarkan referensi yang saya baca.

Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, pemerintah menetapkan sekolah inklusif di beberapa daerah. Perkembangan sekolah inklusif ini semakin berkembang, seiring kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan putra putri mereka di lembaga resmi termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Berdasarkan data dari Kemendikbudristek menyebutkan pada tahun ajaran 2023/2024 peserta didik yang tergolong dalam anak berkebutuhan khusus berjumlah kurang lebih 200 orang.

Dari jumlah tersebut, sekitar 15% adalah siswa dengan gangguan pendengaran, baik yang mengalami tuli total maupun kurang mendengar.

Peningkatan jumlah peserta didik khusus ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Hal itu menjadi tantangan, perhatian dan upaya maksimal bagi guru

Apa yang harus dilakukan jika di sekolah kita terdapat siswa berkebutuhan khusus?

Guru harus terlebih dahulu melakukan diagnosa awal kepada peserta didik dan orang tua untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi dan kesulitan-kesulitan para peserta didik khusus ini. Setelah memahami masalah, guru menentukan strategi, media dan model bimbingan yang diberikan kepada mereka.

Beberapa strategi yang dapat digunakan guru, antara lain:

  • Pendekatan individual

Anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Hal itu menuntut guru untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dengan melakukan tes diagnosa awal terlebih dahulu

  • Kolaborasi dengan ahli dan orang tua.

Menghadapi ABK membutuhkan pengetahuan dan keahlian sendiri. Sebaiknya sekolah bisa bekerja sama dengan para ahli untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada para guru akan mampu memaksimalkan pelayanan kepada ABK yang ada.

  • Pengembangan life skill diberikan kepada siswa ABK, sehingga guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tambahan agar dapat memberikan bimbingan kepada siswa khususnya tentang life skill.
  • Pengembangan kemampuan dengan mengikuti workshop atau pelatihan.

Guru harus mau mengikuti berbagai pelatihan agar memiliki kemampuan melayani para siswa berkebutuhan khusus agar mampu mengembangkan potensi dalam dirinya dengan maksimal.

  • Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran

Teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam membantu ABK mengakses pendidikan. Berbagai aplikasi, perangkat lunak, dan alat bantu dapat digunakan untuk memfasilitasi proses belajar mereka. Misalnya, aplikasi pembaca teks untuk siswa dengan gangguan penglihatan atau alat bantu dengar digital untuk siswa dengan gangguan pendengaran.

  • Pemberian Dukungan Emosional

Selain bimbingan akademik, guru juga perlu memberikan dukungan emosional kepada ABK. Siswa dengan kebutuhan khusus seringkali menghadapi tantangan emosional dan sosial yang mempengaruhi proses belajar mereka. Guru harus peka terhadap perasaan siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.

  • Inklusivitas dalam Kegiatan Sekolah

ABK harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan sekolah agar mereka merasa menjadi bagian dari komunitas. Kegiatan ekstrakurikuler, misalnya, dapat diadaptasi agar dapat diikuti oleh semua siswa, termasuk ABK. Ini akan membantu mereka dalam pengembangan sosial dan emosional serta meningkatkan rasa percaya diri.

Media dan Model Pembelajaran yang Sesuai untuk ABK dengan Gangguan Pendengaran

Siswa dengan gangguan pendengaran memerlukan media dan model pembelajaran yang berbeda untuk memastikan bahwa mereka dapat mengikuti proses belajar dengan optimal. Beberapa media dan model yang sesuai antara lain:

a. Penggunaan Bahasa Isyarat

Bahasa isyarat merupakan media komunikasi utama bagi siswa tuli. Guru perlu memiliki keterampilan dasar dalam bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan siswa. Selain itu, penggunaan juru bahasa isyarat dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat penting untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami materi yang diajarkan.

b. Visual Learning

Pembelajaran berbasis visual sangat efektif untuk siswa dengan gangguan pendengaran. Penggunaan gambar, diagram, dan video dapat membantu mereka dalam memahami konsep yang diajarkan. Visual aids atau alat bantu visual, seperti flashcards dan infografis, juga dapat digunakan untuk memperkuat pembelajaran.

c. Alat Bantu Dengar dan Teknologi Asistif

Alat bantu dengar dan teknologi asistif lainnya, seperti cochlear implants atau FM systems, dapat membantu siswa dengan gangguan pendengaran dalam mendengar suara dan mengikuti pelajaran. Guru harus memastikan bahwa alat-alat ini digunakan dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Speech-to-Text Software

Aplikasi atau perangkat lunak speech-to-text dapat mengubah suara menjadi teks secara langsung, memungkinkan siswa dengan gangguan pendengaran untuk membaca apa yang sedang dibicarakan oleh guru atau teman-temannya. Ini sangat membantu dalam situasi di mana penggunaan bahasa isyarat tidak memungkinkan.

e. Lingkungan Kelas yang Mendukung

Kondisi lingkungan kelas juga harus diperhatikan. Sebaiknya, kelas yang digunakan untuk siswa dengan gangguan pendengaran memiliki akustik yang baik, minim gangguan suara, dan dilengkapi dengan alat bantu visual yang memadai. Posisi duduk siswa juga perlu diatur agar mereka dapat melihat guru dengan jelas dan mudah membaca gerak bibir.

Kesimpulan

Menggali potensi ABK memerlukan pendekatan yang inklusif, kolaboratif, dan individual. Guru sebagai pendidik memiliki peran kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan adaptif bagi setiap siswa.

Dengan data yang menunjukkan peningkatan jumlah ABK di sekolah inklusif, penting bagi kita untuk terus mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dan menggunakan media yang tepat, terutama bagi siswa dengan gangguan pendengaran.

Melalui upaya bersama, potensi ABK dapat tergali dengan maksimal, memungkinkan mereka untuk berkembang dan berkontribusi secara optimal dalam masyarakat.

Daftar Pustaka

  1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2023). Data Pendidikan Inklusif Tahun Ajaran 2023/2024. Jakarta: Kemendikbud.
  2. Darmawan, D. (2020). Pendidikan Inklusif di Indonesia: Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali Press.
  3. Supriyadi, T. (2022). Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
  4. Yusra, R. (2021). Teknologi Assistive untuk Siswa Berkebutuhan Khusus. Bandung: Alfabeta.
  5. Setiawan, W. (2019). Komunikasi Efektif dalam Pendidikan Inklusif. Surabaya: Airlangga University Press.
  6. Ningsih, L. (2023). Membangun Kelas Inklusif: Panduan bagi Guru. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Cibadak, 1 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun