Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen "Di Balik Tirai Waktu"

18 Agustus 2024   11:32 Diperbarui: 18 Agustus 2024   20:17 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokumen pribadi by Canva

Desa tempat kita tinggal terletak di kaki Gunung Merbabu. Desa ini dikelilingi oleh persawahan yang subur dan hutan hujan tropis yang sangat lebat. Lingkungan alam yang mendominasi daerah ini memberikan karakteristik khas bagi kehidupan masyarakat setempat, dengan sawah yang membentang luas dan hutan rimba yang menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna.

Namun, penjajahan Belanda di Indonesia meluluhlantakkan harapan masyarakat desa ini. Kemiskinan, kelaparan dan penderitaan menyelimuti kehidupan mereka sehari-hari. Mereka menjadi budak di tanah-tanah mereka sendiri.

Pada malam tertentu, kabut tebal menyelimuti hutan di sekitar gunung, menciptakan suasana yang mencengkram dan menyeramkan. Dalam kondisi seperti ini aku~Aryo~ dan kamu~ Bagas~, melakukan perjalanan menuju gunung untuk bertemu dengan para pejuang yang bergerilya memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Kabut yang menutupi hutan membuat semua objek di sekeliling tampak kabur dan tidak jelas. Kondisi ini memberikan rasa takut yang lebih besar kepadaku dan kamu. Namun kewaspadaan kita saat itu tetap tinggi.

Di tengah kabut, kita menemukan sebuah rumah berpintu kayu tua penuh dengan ukiran-ukiran kuno yang mencolok, dan merupakan simbol-simbol yang memiliki makna khusus.

Apa itu?" tanyaku, menatap pintu dengan keheranan.

"Aku tidak tahu, Yo" jawabmu dengan rasa penasaran yang sama. "Tapi kita harus melihatnya."

Kala kita menyentuh pintu tersebut, terjadi sesuatu yang sangat mengejutkan. Tubuh kita terserap dalam dimensi ruang dan waktu, lalu membawa kita ke lingkungan yang tampaknya berada di tempat yang sangat asing.

Aku ingat dengan jelas hari itu, Gas, saat kita berdua berada di tempat yang tak kita kenal. Seakan-akan tanah yang kita pijak telah menelan kita bulat-bulat.

Kau adalah seorang pria muda dengan semangat berkobar, berjuang melawan penindasan Belanda di tanah Jawa ini. Namun, kisah yang terjadi pada kita lebih dari sekadar perang dan perlawanan. Itu adalah tentang dunia lain yang menjebak kita dalam misteri tak terpecahkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun