Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen "Rahasia Kain Berhantu"

22 Juni 2024   23:14 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:24 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat dengan cerita sebelumnya? Bisa di baca "Jejak Kematian di Vila Merah"

Arunika  menembus tirai tipis, menyebarkan cahaya hangat yang merayap di dinding kamar Meylana yang masih terbaring dengan mata terpejam rapat. Meylana tersentak dan memandang angka jam di dinding kamarnya.

"Wah, sudah pukul enam. Aku kesiangan!" teriak Mey seraya bangkit dari tempat tidurnya. Dia harus bergegas agar tak didamprat oleh kedua seniornya.

Malam tadi Mey merasa gelisah dan sulit tidur. Otaknya dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang terus berputar tentang penyelidikannya yang rumit. Teka-teki yang belum terpecahkan menari-nari dalam benaknya, menghalangi dirinya untuk meraih kedamaian dalam tidur.

Meylana menghabiskan malam dengan kegelisahan yang dahsyat. Matanya hanya terpejam beberapa menit karena pikiran terus-menerus melayang kembali pada pertemuan yang menakutkan di vila Allan Danudireja. Kata-kata yang diucapkan oleh hantu itu begitu mengerikan buatnya. Apa hubungannya buku diary Allan, kain bertuliskan huruf cina kuno, dan hantu wanita itu? Apa yang disembunyikan oleh Allan sehingga dia menjadi sasaran pembunuhan. Misteri yang sulit, tetapi harus terungkap.

Kini, sinar mentari pagi membangunkannya, mengingatkan bahwa dunia nyata menantinya kembali. Meylana menghela napas dalam-dalam, mencoba mengusir kantuk yang masih menggantung. Mey harus semangat untuk mengurai misteri yang selama ini menghantuinya.

Baca juga: Cerpen "Mbatin"

Pagi itu, Mey agak terlambat datang ke kantor. Dirinya sudah siap untuk membahas langkah berikutnya dengan Mas Bram dan Mas Rasya. Dia tak melihat kehadiran kedua seniornya itu di meja mereka..

"Mas Brama dan Mas Rasya di mana, ya? Mereka belum datang?" tanya Mey kepada Mbak Menik, polwan yang sedang berjaga.

 Mbak Menik menunjuk ke arah ruangan kantor Komandan SatReskrim. Dengan malas, Mey duduk di mejanya, menunggu kedua seniornya seraya memikirkan tentang langkah penyelidikan selanjutnya. Setengah jam dia berkutat dengan tumpukan laporan peristiwa pembunuhan Allan dan isterinya. Ada laporan forensik, laporan hasil penyelidikan sebelumnya dan foto-foto kejadian.

"Mey! Kamu sudah datang?" tanya Mas Brama sesaat setelah keluar dari ruang komandan. Mereka duduk di depan Meylana.

Mey tidak menjawab. Dia memandangi kedua seniornya dengan tajam. Banyak yang ingin ditanyakan kepada mereka. Mas Rasya memberikan kode untuk berkumpul di meeting room.

"Tadi Komandan memerintahkan kita untuk mempercepat penyelidikan kasus Allan. Banyak yang berspekulasi tentang motif dan pelaku pembunuhan itu. Apalagi di media sosial sudah banyak yang mempertanyakan kinerja kita." Mas Brama berbicara sambil mengeluarkan beberapa laporan dari dalam tasnya.

"Tadi para wartawan datang menyerbuku. Mereka mempertanyakan kejelasan kasus ini," tambah Mas Rasya.

Meylana maklum jika para wartawan itu menanyakan kepada para seniornya karena sejak awal keduanya yang ditugasi menangani masalah ini. Sementara Meylana hanya membantu kedua seniornya itu.

"Saya tidak bisa berhenti memikirkan tentang kain yang disebutkan Allan dalam buku hariannya. Kita harus memeriksa loteng vila itu lagi," kata Meylana dengan tegas saat mereka bertiga berkumpul.

"Coba kita teliti lagi buku harian Allan. Mana bukunya?" tanya Meylan kepada kedua seniornya.

Mas Brama mengeluarkan buku harian yang belum dia simpan sebagai barang bukti. Mereka masih membutuhkan buku diari dan kain itu untuk penyelidikan.

Meylana membuka-buka buku harian Allan yang hanya terisi separuh halaman saja."Coba lihat apa yang dituliskan Allan seminggu sebelum dia dan isterinya tewas," ujar Mey sambil menunjukkan halaman buku yang dimaksudnya.

Semalam aku menemukan kain bertuliskan huruf Cina kuno di lemari buku milik papi. Sejak malam itu aku selalu bermimpi tentang seorang wanita cantik yang datang ke rumah ini. Wanita yang selalu mengajakku untuk berdansa. Namun, sayang dia hadir hanya dalam mimpi.

"Apa ya hubungan wanita cantik yang hadir dalam mimpi Allan dengan kain itu? Lihat Mey ... di halaman berikutnya?" Mas Rasya menunjukkan halaman yang baru dia buka.

Banyak rahasia yang belum terkuak di sini. Tentang cinta, dendam, amarah dan keserakahan. Aku tak bisa membuka semuanya. Semua rahasia ada di loteng itu

Mas Brama mengangguk setuju. "Kita juga perlu mencari tahu lebih banyak tentang legenda 'Hantu'. Kita bawa kain bertuliskan huruf Cina kuno itu. Siapa tahu ada ahli sejarah Tionghoa yang bisa memberi petunjuk."

"Mas ada laporan yang terbaru dari tim forensik?' tanya Meylana saat melihat Bram sedang membuka-buka berkas laporan.

"Penyelidikan awal menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda perlawanan pada tubuh Allan dan Arumi. Namun, ekspresi wajah mereka yang penuh ketakutan menunjukkan bahwa mereka menghadapi sesuatu yang mengerikan sebelum kematian," papar Mas Bram seraya membuka-buka lagi berkas laporan.

 "Apakah ada bukti lain yang kita lewatkan?"tanya Meylana kepada Mas Rasya yang sejak tadi sedang membuka-buka buku harian Allan dan mengamati kain.

Mas Rasya menggeleng. "Tidak ada jejak yang mencurigakan,kecuali kain ini."

Meylana mengangguk dan berpikir keras. Tulisan di kain itu membuatnya teringat pada cerita-cerita lama yang sering diceritakan neneknya tentang roh-roh penjaga dan kutukan kuno. Meylana harus mencari tahu tentang hal tersebut lebih banyak.

Mereka sepakat untuk memulai penyelidikan dengan membagi tugas.Meylana dan Mas Bram akan kembali ke vila untuk memeriksa loteng dan mencari informasi lain di loteng tersebut, sementara Mas Rasya akan menemui  ahli budaya Tionghoa untuk mencari tahu lebih banyak tentang 'Hantu'.

Mata Mey bertemu dengan pandangan Bram dan Rasya. Ketiganya terdiam, menyadari bahwa misteri ini sulit terpecahkan. Di luar kantor, bunyi sirene polisi, seakan mengingatkan mereka bahwa dunia nyata penuh dengan teka-teki yang belum terungkap. Dengan perasaan campur aduk antara ketegangan dan tekad, mereka tahu bahwa ini hanyalah awal dari sebuah misteri yang lebih besar dan lebih gelap.

Cibadak, 23 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun