Malam ini, Kinanti membuka kembali buku diari ibunya. Di dalam buku diari tua milik ibunya, ada foto yang sama. Foto pria yang sekarang dia tahu adalah ayahnya dan ayah Anggun. Dia membuka halaman demi halaman diari itu, membaca kembali kata-kata ibunya yang penuh cinta dan kerinduan.
Anakku, dalam setiap keindahan, akan selalu ada mata yang memandang. Di dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima. Terimalah takdir dengan keikhlasan karena semua akan terasa indah tanpa dendam"Â
Kinanti menutup diari itu dengan hati yang berat. Kepedihan, kerinduan, dan luka berbaur menjadi satu. Namun, dia tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk neneknya yang selalu menyayangi, dan mendukung Kinanti.
Rahasia itu akan tetap tersimpan, setidaknya untuk saat ini. Di balik senyap, Kinanti akan terus melangkah, mencari kekuatan dalam ketabahan dan kepandaiannya, sambil berharap bahwa suatu hari nanti, semua kepingan puzzle hidupnya akan terungkap dengan cara yang tepat.
Cibadak, 15 Juni 2024
Aku dedikasikan cerita ini untuk semua para deafable di mana pun berada. Yakin Tuhan akan memberikan anugerah terindah pada waktunya nanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H