Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen "Mbatin"

16 Februari 2024   12:45 Diperbarui: 17 Februari 2024   20:55 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar sorotntt.com

 "Menjadi seorang isteri dan ibu adalah takdir yang diberikan oleh Tuhan kepada para perempuan yang harus dijalani dengan keikhlasan dan ketabahan karena inilah salah satu pintu menuju surga."

Retno memandang dirinya di cermin kusam panti. Tubuhnya telah renta dengan kulit keriput di sekujur tubuhnya. Kini rambutnya pun  telah meninggalkan dunia hitam.

Pelan-pelan Retno mengusap wajahnya  Dulu parasnya yang ayu telah memukau para pemuda  meski akhirnya cintanya berlabuh pada Prasetyo, mahasiswa teknik pertambangan yang dijuluki pemuda ndeso para mahasiswa.
Prasetyo berasal dari desa terpencil di Gunung Kidul. Karena kecerdasannya, berhasil meraih prestasi dan mendapat bea siswa di jurusan teknis pertambangan. Retno merasa simpati dengan perjuangan dan kegigihan Prasetyo.

Baca juga: Cerpen "Pulang"

 Rasa simpati itu berubah menjadi bunga-bunga cinta. Sampai akhirnya mereka disatukan dalam ikatan janji suci  
Sederhana,  mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupannya dengan Mas Pras. 

Setelah lulus Prasetyo ditawari pekerjaan di salah satu BUMN  berkat prestasinya sebagai lulusan summa cumlaude dengan IPK 3,75. Nilai yang nyaris sempurna telah membawa Prasetyo ke lingkungan kerja dengan gaji yang cukup besar.

Prasetyo, suaminya tetap sederhana, meski jabatan di kantornya sudah tinggi dan gaji yang diperolehnya cukup besar. Suaminya tetap mengendarai mobil kantor dan menolak membeli mobil pribadi. Rumah yang dibangunnya pun tak semewah rumah-rumah para pejabat tinggi di BUMN itu.

Retno tetap harus berhemat karena uang yang diberikan suaminya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan biaya sekolah Dinda dan Damar, kedua anak mereka.

Baca juga: Cerpen 'Kehilangan'

"Mas, uang yang diberikan setiap bulan kurang mencukupi. Aku minta ditambah ya, agar lebih leluasa mengaturnya. Anak-anak juga membutuhkan biaya tambahan untuk membeli buku-buku dan keperluan sekolah lainnya. Malah Dimas mau ikutan les komputer," pinta Retno suatu hari.

"Hidup itu harus hemat. Tidak perlu berfoya-foya. Yang penting bisa membeli kebutuhan pokok dan membayar sekolah anak-anak. Untuk les dan keperluan beli baju dan lainnya tidak perlu. Belajar saja di rumah. Kamu kan bisa membimbing mereka," jawab Prasetyo pendek.

Retno hanya terdiam.  Dia merasa selama ini hidupnya sudah sangat berhemat. Retno tidak pernah membeli perhiasan, baju, tas, atau kebutuhan lain seperti istri-istri teman Prasetyo. Retno pun selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga karena uang yang diberikan suaminya tak mencukupi untuk membayar gaji seorang ART. Namun, Prasetyo sangat perhitungan kepada buah hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun