Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen Pamali

20 Juli 2023   22:52 Diperbarui: 20 Juli 2023   23:16 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Vira. Orang tua kita zaman dulu melarang bila kita berfoto dengan jumlah ganjil termasuk bertiga. Tadi mereka foto bertiga dan Sekar ada di tengah. Katanya orang yang di tengah itu akan meninggal ..." Bayu menjelaskan sambil hati - hati.

"Hush ... itu semua takhayul, mitos," ujar Hamdan sambil sedikit teriak," Ini takdir Allah Swt. Yang penting kita doakan agar Sekar diselamatkan."

Di antara kami, Hamdan memang paling mengerti tentang agama. Dia yang selalu mengingatkan kami jika sudah mulai menyimpang.

Aku terdiam. Aku mencerna apa yang disampaikan oleh Bayu tadi. Benarkah hal itu akan terjadi? Aku teringat dengan mimpi yang kualami selama tiga hari berturut- turut. Aku bermimpi kepalaku kejatuhan cicak. Dan anehnya mimpi itu berulang selama tiga hari berturut- turut. Aku ingat mimpi itu terjadi tiga hari sebelum keberangkatan kami ke Sukabumi. Konon kabarnya aka nada kabar duka dari orang- orang terdekat kita. Dan Sekar sangat dekat dengan dirinya. Kami seperti dua bersaudara yang tak terpisahkan.

Aku tidak percaya dengan mitos itu. Aku juga tidak menceritakan mimpi itu kepada sahabat- sahabatku. Namun, dengan kejadian yang terjadi pada kami, mau tidak mau aku terpengaruh juga. Seandainya saja aku sedikit percaya, mungkin perjalanan kami touring motor ke Sukabumi dibatalkan. Dan kecelakaan yang menimpa Sekar tak akan terjadi.

"Maafkan aku, Sekar," ucapku dalam hati. Tanpa terasa air mata menetes di kedua pipiku. Betapa tipis perbedaan antara takdir dan takhayul seperti sekarang ini. Betapa lemah imanku jika aku tak mempercayai takdir yang telah Allah Swt berikan sekarang ini. Namun, semua ini serba kebetulan.

"Kita berdoa untuk Sekar, teman- teman. Ayo kita salat!" ajak Hamdan pelan. Suasana saat itu sangat hening. Kami berada dalam pikiran masing- masing.

"Hamdan benar. Ayo kita ke masjid. Kita doakan Sekar," ujarku sambil bangkit dan berjalan dengan gontai menuju masjid rumah sakit. Teman- teman yang lain mengikuti dari belakang.

"Keluarga Sekar, pasien IGD diminta datang ke ruang IGD!" Suara panggilan terdengar dari speaker yang tergantung di sudut-sudut rumah sakit. Saat itu kami sudah selesai salat dan sedang mengaji demi keselamatan Sekar.

"Teman- teman, ada panggilan!" ujarku seraya bangkit dan bergegas menuju ruang IGD. Kami berjalan setengah berlari karena panggilan itu terus berulang- ulang.

"Ada apa, Suster?" tanyaku setengah berteriak sesaat setelah tiba di ruang IGD.Ada seorang dokter yang menemani suster tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun