Pernikahannya juga dirahasiakan kepada orang tua Anggun. Mereka hanya tahu jika Anggun bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai manajer keuangan. Anggun bisa memberikan semua kebutuhan orang tuanya termasuk membangunkan rumah layak huni buat mereka.
Biarlah Anggun saja yang merasakan cibiran dari beberapa temannya karena mengetahui statusnya. Toh mereka juga tidak bisa menolong saat Anggun hidup dalam kesulitan dan harus bekerja sepanjang hari sebagai seorang waitress. Dia tak jarang harus lembur hanya untuk mencari tambahan uang agar bisa mengirimkannya ke kampung. Anggun ingin memberikan kebahagiaan buat keluarganya. Hingga suatu hari dia menumpahkan minuman di salah satu meja tanpa sengaja dan mengotori kemeja tamu itu.
Anggun memohon maaf kepada pria itu. Untungnya laki-laki itu tidak memarahi dan mau memaafkannya. Laki - laki yang bernama Bramasta itu menjadi langganan di kafe tempat Anggun bekerja. Singkat cerita mereka menjadi sahabat. Hampir setiap malam mereka menghabiskan waktu bersama sekedar untuk bercakap-cakap.
"Aku sangat nyaman berada di dekat kamu,"ujar Bramasta saat itu," Kamu selalu enak dan nyambung diajak berbicara tentang apa pun."
Anggun hanya tersenyum saat itu. Dia memang membuka diri dan hatinya untuk Bramasta meskipun akhirnya Anggun tahu bahwa laki- laki itu sudah beristri tetapi belum dikaruniai seorang anak. Istri Bramasta adalah seorang wanita karier yang selalu sibuk dan tidak memperhatikan suaminya. Pantas saja jika mereka tidak dikaruniai seorang anak pun.
Anggun pun menerima pinangan Bramasta untuk dijadikan istri keduanya. Tentu saja Bu Citra, istri pertama Mas Bramasta tidak mengetahui hubungan mereka. Itulah sebabnya Anggun dilarang untuk pergi keluar terlalu sering. Pertemuan dengan suaminya pun hanya dilakukan di rumah ini. Rumah yang sengaja dibeli suaminya. Hubungan mereka dirahasiakan apalagi Mas Bramasta adalah seorang pejabat di salah satu departemen.
Bak burung di sangkar emas, begitulah peribahasa yang bisa mengungkapkan hidup para 'perempuan simpanan' para pejabat maupun pengusaha. Meski bergelimang harta dan dimanja, mereka adalah korban, karena separuh kemanusiaannya dicabut sang tuan.Â
Rahasia pernikahan itu juga harus ditutup rapat kepada keluarganya. Anggun tak pernah pulang. Dia hanya mengirim uang buat memenuhi kebutuhan keluarganya di kampung termasuk merenovasi rumah mereka. Anggun harus pandai mencari alasan karena dia tidak pernah pulang ke kampung apalagi setelah dia memiliki anak dari pernikahannya dengan Mas Bram. Seorang anak laki-laki lucu.Â
Pada akhirnya dia terpaksa pulang karena Mas Bramasta terlibat kasus korupsi  di kantornya. Seluruh harta yang dimilikinya telah disita termasuk rumah yang ditempati Anggun dan anaknya. Mas Bramasta ditangkap dan di penjara selama lima belas tahun.
Anggun tidak tahu harus kemana dia pergi. Anggun ingin mendatangi Bu Citra dan mengatakan bahwa Mas Bramasta memiliki anak bersamanya. Namun, Anggun tak memiliki bukti hukum tentang pernikahan dan akta anaknya.
"Untuk apa kamu pulang?" tanya Bapak saat pertama kali dia menginjakkan kaki di rumah orang tuanya setelah lima tahun tak pernah pulang ke rumah.