"Boleh! Kita antar mereka, ya," ujar Gendis. Dia senang karena Calista yang masih terbilang kecil sudah memiliki rasa empati yang besar buat orang lain.
Lik Ato tak bisa menolak saat Calista mengatakan akan mengantarnya pulang. Mereka tiba di sebuah gang kecil. Lik Ato terpaksa harus berjalan dengan menggunakan tongkat karena rumah Lik Ato agak jauh.
"Lihat! Ada asap dari ujung gang, Lik!" seru Pak Arman sambil menunjuk arah asap itu.
Gendis melihat ada kepulan asap hitam melambung tinggi di angkasa. Rupanya ada kebakaran. Gendis agak khawatir melanjutkan langkahnya. Dia menghentikan Calista yang berjalan di depannya.
Saat itu seorang laki-laki berlari-lari seraya napasnya terengah-engah.
"Lik! Rumahmu kebakaran!" teriaknya," Habis semua!"
Lik Ato berjalan dengan cepat meskipun dia terlihat kesakitan. Dia tak mempedulikan rasa sakitnya itu.
"Cucuku! Bagaimana dengan cucu-cucuku!" histeris Lik Ato seraya mendekati rumahnya yang ludes dilalap si jago api.
Beberapa warga menghalanginya saat akan mendekati rumah.
"Kakek! Aku di sini!" teriak tiga orang anak sambil memeluk Lik Ato.
"Syukurlah kalian selamat!" Lik Ato memeluk ketiga cucunya dengan erat.