Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen "Melodi Buat Derana"

17 April 2023   14:18 Diperbarui: 18 April 2023   05:28 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Derana gagal tes, Bunda," ujar Derana sambil menunduk. Ada buliran air bening di kedua kelopak matanya.

"Tidak perlu sedih, Rana. Allah Swt belum memberikan rejeki terbaik untukmu," hiburku seraya mengusap air mata Derana.

Derana tak kuat lagi menumpahkan tangis yang sejak tadi ditahannya dan memelukku erat. Dia tumpahkan segala kesedihannya dalam pelukanku. Tanpa terasa aku ikut menangis meskipun aku tidak boleh memperlihatkannya kepada puteriku ini.

Sudah tiga kali ini lamaran kerja Derana ditolak padahal dia sudah berhasil lolos seleksi akademik, keahlian dan wawancara.

"Semua ini tidak adil buat Rana, Bunda. Tindakan diskriminasi ini sangat menyakiti hati Rana. Kalau Rana tidak lolos berbagai tes itu mungkin Rana bisa maklum. Semua tes sudah mampu Rana jalani dan mendapat nilai terbaik dari beberapa pelamar yang lolos. Mengapa Rana harus ditolak karena selembar surat keterangan dokter kalau Rana penyandang tuli." Rana berbicara sambil terisak-isak seraya menatapku.

Tatapan mata yang dingin dari mata cantiknya itu menusuk langsung ke jantungku. Aku ikut merasakan kenyataan yang menyakitkan itu. Lalu Rana menatap langit dan menyembunyikan luka di balik mata hitamnya.

Saat tes akademik Derana lolos karena nilai-nilai kuliahnya memang selalu di atas rerata. Begitu pula saat tes keahlian, Derana mampu menunjukan kemampuannya. Saat wawancara pun tak ada masalah karena Derana mampu berkomunikasi dengan baik meskipun dia anak tuna rungu.

Sebagai seorang ibu pasti aku merasa hancur saat melihat puteri semata wayangnya bersedih. Namun, aku harus tetap kuat di hadapan Rana seperti yang selama ini aku lakukan untuknya. Rana harus kuat dan tabah menghadapi ujian hidupnya seperti nama yang kuberikan padanya Derana, yang artinya ketabahan.

Sejak itu Derana terlihat murung. Keceriaan dan senyumnya seolah lenyap dari wajahnya. Kegagalannya kali ini telah memporakporandakan kepercayaan diri yang sudah aku tanamkan selama ini. Derana lebh senang mengurung diri di kamar. Ajakan teman-temannya untuk hang out pun selalu ditolaknya.

Semua ini membuatku bingung. Apa yang harus kulakukan agar Derana dapat bersemangat kembali? Perlahan aku membuka album foto keluarga. Ada Rana kecil yang sedang aku gendong. Sekelebat masa lalu Rana hadir dalam benakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun