Badrun adalah remaja berusia sebelas tahun. Dia anak yang baik dan ceria, tetapi agak sulit menerima informasi karena intelgensianya di bawah rerata. Namun, Badrun anak yang selalu percaya diri dan berani. Meskipun tubuhnya kecil, Badrun gemar membantu orang tuanya.
Suatu hari Badrun disuruh ibunya untuk mengambil nangka yang ada di kebun. Letak kebun itu berada di pinggir desa. Rencana nangka itu akan dibuat es buah untuk makanan takjil di mesjid.
Dengan semangat Badrun pergi sambil membawa golok untuk memotong buah nangka. Setiba di sana Badrun melihat ada sebuah nangka berukuran besar yang sudah kuning. Tandanya buah itu sudah matang. Kemudian Badrun memotong buah yang berukuran besar itu. Badrun tidak kuat mengangkat nangka tersebut arena ukurannya yang terlalu besar. Kemudian Badrun berpikir dan mencari cara agar nangka tersebut bisa dibawanya ke rumah.
"Ahai! Aku punya cara nih!" teriak Badrun senang saat dia melihat ada parit yang terletak di dekat kebunnya," Aku palidkan saja nangka ini."
Akhirnya Badrun membawa nangka itu dan melemparkannya ke parit. Nangka itu terbawa arus air yang cukup deras. Badrun ingat jika di depan rumahnya pun ada parit serupa pasti nangka itu akan melewati rumahnya. Dia tinggal menunggu nangka itu di sana.
Kemudian Badrun bergegas pulang dan menunggu nagka itu di parit depan rumahnya. Setengah jam berlalu namun nagka itu belum tampak juga. Satu jam berlalu, lagi-lagi nangka itu belum lewat.
"Badrun!" Suara ibunya terdengar dari teras. Ibu Badrun bergegas menghampiri Badrun.
"Mana nangka yang kamu ambil?" tanya Ibu Badrun sambil mencari.
"Sebentar, Bu. Nangka itu pasti lewat sini," ujar Badrun santai.
"Maksudmu?" tanya Ibu Badrun tak paham.