Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ikutan Obrog-Obrog Tradisi Membangunkan Sahur di Cirebon

2 April 2023   05:28 Diperbarui: 2 April 2023   07:02 1904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadan ini merupakan malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia termasuk Indonesia. Bulan yang penuh berkah ini selalu diisi dengan kegiatan-kegiatan baik yang sekiranya dapat menambah pahala, misalnya: menjalankan salat tarawih berjamaah, tadarus Al Quran, dan memperbanyak sedekah.

Selain itu kegiatan lain yang dilakukan adalah makan sahur. Makan sahur adalah makan yang dilakukan saat sepertiga malam hingga batas waktu subuh. Makan sahur ini disunahkan oleh Rasul. Manfaat makan sahur ini antara lain: memberikan energi pada sel-sel tubuh yang membutuhkan energi yang berasal dari glukosa, menahan lapar saat berpuasa, menguatkan tubuh agar tidak lesu dan menstabilkan kadar gula darah.

Ada satu lagi kegiatan yang biasa dilakukan saat makan sahur, yaitu tradisi membangunkan orang saat sahur. Tradisi membangunkan sahur di berbagai daerah ini bermacam-macam.

Di daerah Cirebon yang merupakan rangkaian daerah pesisir utara, tradisi membangunkan sahur ini disebut obrog-obrog. Tradisi ini biasa dilakukan mulai pukul 2 hingga pukul 3.30 dengan tujuan agar umat Islam yang akan berpuasa tidak terlambat bangun.

Obrog-obrog dilakukan oleh beberpa kelompok. Mereka berkeliling kampung untuk membangunkan warga. Banyak cara yang dilakukan untuk membangunkan, seperti: menggunakan musik tradisional calung, bambu, botol beling, gendang dan alat musik rebana. Seiring jalan alat yang digunakan menjadi berkembang dengan menggunakan alat-alat musik modern, misalnya gitar elektrik, dan alat musik modern lainnya. Di beberapa wilayah ada yang menggunakan alat-alat musik tarling.

Di wilayah kabupaten Cirebon musik tarlingan ini sangat mendominasi. Mereka membawa gerobak berisi speaker dan diesel sebagai sumber listrik alat-alat tradisional. Ada beberapa penyanyi yang juga ikut dalam obrog sahur itu.

Manfaat dari obrog ini tentu saja dapat membangunkan warga yang akan makan sahur agar tidak terlambat. Selain itu dilihat dari sudut pandang budaya, dan nilai-nilai sosial, tradisi obrog ini mencerminkan muatan budaya lokal yang kental. Hal itu dapat dibuktikan dengan digunakan musik tarling sebagai media obrog. Nilai sosial yang dapat ditiru adalah kerja sama, gotong royong  dan keiklasan dari pelaku obrog sendiri. Dapat dibayangkan jika kelompok tersebut tidak kompak maka musik obrog itu tidak akan terdengar merdu.

Selain itu keikhlasan para personil kelompok saat berkeliling kampung sangat tinggi. Mereka tidak meminta bayaran dari warga meskipun di hari terakhir mereka meminta sumbangan berupa beras seikhlasnya dari warga. Biasanya beras itu akan dibagikan ke seluruh anggota kelompok obrog.

Tradisi membangunkan sahur di Indonesia bermacam-macam. Ngarak bedug adalah tradisi membangunkan sahur di daerah Jakarta. Ubrug-ubrug adalah tradisi dari daerah Karawang. Tradisi dengo-dengo berasal dari Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Bagarakan Sahur merupakan tradisi yang berasal dari daerah Banjar, Kalimantan Tengah. Masih banyak tradisi membangunkan sahur di Indonesia dengan berbagai aktivitas dan bentuknya.

Penulis sendiri memiliki pengalaman yang sangat berkesan saat mengikuti Obrog-Obrog. Sebagai seorang perempuan, pastinya tidak akan diizinkan oleh orang tua untuk mengikuti obrog-obrog. Alasannya karena penulis adalah seorang remaja puteri. Pasti orang tua akan cemas bila terjadi sesuatu dengan puterinya.

Saat itu penulis berusia sekitar 13 tahun. Rasa penasaran membuat saya merayu kedua orang tua agar mengizinkan untuk ikut berkeliling kampung. Terbayang saat kelompok obrog-obrog berkelompok dan berkeliling kampung untuk membangunkan para warga. Selain pahala yang diperoleh, tentu saja ada kebahagaan dan kepuasan tersendiri, itu yang dikatakan kakak laki-laki saya yang setiap tahun pasti membuat kelompk Obrog-Obrog.

"Kamu ini perempuan. Tak patut dini hari ada di luar bersama laki-laki juga," jawab Paman saat meminta izin kepadanya.

Namun saya bersikeras untuk ikut dan ingin merasakan sensasi saat mengikuti kelompok obrog-obrog. Akhirnya Paman mengizinkan dengan catatan tidak boleh jauh-jauh dari Mas Dang, kakakku dan harus menggunakan pakaian tertutup rapat dan jas serta kaus kaki.. Dengan senang hati aku menerima syarat itu.

Saya tak dapat tidur malam itu karena takut ditinggalkan oleh kakak. Hingga pukul 1.30, kakak mengetuk pintu kamar dan memintaku bersiap-siap. Kakak saya memegang gitar sebagai alat musiknya dan saya diberi tamborin. Kami berkumpul di rumah Pak RT.  Tepat pukul 2, rombongan obrog-obrog tersebut berangkat.

Awalnya saya senang melihat rombongan yang terdiri dari 15 orang itu. Namun, semakin lama udara dingin, serta gigitan nyamuk mulai membuat tubuh saya tidak nyaman, Apalagi harus berjalan keliling kampung dengan jarak yang cukup jauh.

Kakak saya tersenyum saat melihat saya sibuk memukul-mukul nyamuk dan hinggap di tubuh. Tepat berada di depan rumah, saya berlari ke arah gerbang dan berteriak minta dibukakan pintu. Saya menyerah dan memilih pulang ke rumah. Kakak dan beberapa temannya menggeleng-gelengkan kepala saat melihat tingkahku. Pengalaman itu tak pernah aku lupakan. Aku merasakan jika jasa warga yang membangunkan sahur itu sangat besar.

Indonesia memang merupakan negara yang unik. Dengan satu aktivitas saja, yakni membangunkan sahur, terdapat banyak ragamnya. Sayangnya, tradisi membangunkan sahur ini sudah mulai luntur di beberapa daerah. Pengalaman ikut langsung membangunkan sahur, memberikan pelajaran kepada saya tentang pengorbanan dan keikhlasan. Betapa tidak, saat orang lain duduk nayamn dan tidur di balii selimutnya, mereka harus berkeliling untuk membangunkan warga.

Saya berharap tradisi ini akan hadir kembali meski dalam format yang berbeda. Indonesia memang unik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun