Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengembangkan Karakter Tangguh Anak Tunarungu

15 Januari 2023   23:20 Diperbarui: 17 Januari 2023   14:36 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkomunikasi dengan anak tunarungu (Sumber: istockphoto.com/Fizkes)

Tunarungu atau tuli adalah salah satu kategori difabel. Penyandang tunarungu memiliki masalah di alat pendengaran. 

Masalah pendengaran itu bisa terjadi karena terganggunya fungsi alat pendengaran yang dimiliki manusia, misalnya: saluran eustachius yang berfungsi menghubungkan ruang telinga tengah dan rongga mulut, gendang telinga (membran timpani) yang berfungsi untuk menangkap gelombang suara lalu mengubahnya menjadi getaran yang diteruskan ke tulang telinga, rumah siput (koklea) yang di dalamnya ada organ korti yang berisi sel-sel yang berjumlah ribuan dan sangat peka terhadap getara. Getaran yang ditimbulkan akan menjadi perangsang saraf dalam sel rambut kemudian diteruskan ke otak.

Organ-organ pendengaran yang tidak normal itu menyebabkan seorang tunarungu akan mengalami kesulitan berkomunikasi. 

Para penyandang tunarungu berat terpaksa harus menggunakan bahasa isyarat sedangkan lingkungan di sekitarnya tidak memahami dan menguasai bahasa isyarat tersebut. Hal tersebut membuat penyandang tunarungu merasa minder, dan akhirnya menarik diri dari lingkungan.

Anak tunarungu yang memiliki jiwa yang rapuh, akan lebih mudah depresi dan rendah diri. Kesadaran tentang kurangnya kemampuan mendengar, kurangnya berbahasa dan berkomunikasi verbal, memiliki andil besar bagi anak tunarungu untuk memiliki rasa rendah diri, dan menjadi pribadi yang mudah depresi dan akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial.

Hal tersebut sangat memprihatinkan karena sejatinya setiap anak, termasuk anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dalam meraih kebahagiaan dan meraih masa depan sesuai dengan cita-citanya.

Ilustrasi tunarungu (Sumber gambar: www.orami.co.id)
Ilustrasi tunarungu (Sumber gambar: www.orami.co.id)

Peran oranag tua, keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan sangat besar dalam mewujudkan anak-anak berkebutuhan khusus (tunarungu) untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki mereka serta menumbuhkan karakter tangguh agar mereka dapat menghadapi setiap masalah hidupnya.

Tips Mengembangkan Karakter Tangguh Pada Anak Tunarungu

Tumbuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih besar

Perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan seluruh anggota keluarga merupakan faktor penting dalam mengembangkan karakter anak tunarungu. 

Penerimaan, penghargaan dan sikap terbuka dari seluruh anggota keluarga membuat anak akan merasa nyaman berada di lingkungan keluarganya.

Bentuk perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak tunarungu ini hendaknya tidak dimaknai dengan sikap memanjakan dan memberikan anggapan bahwa mereka tidak dapat melakukan segala kegiatan, pekerjaan sendiri. 

Kasih sayang dan perhatian yang dimaksud adalah memberikan arahan dan bimbingan kepada kegiatan-kegiatan yang sulit mereka lakukan.

Berilah pemahaman diri

Sikap yang pertama dilakukan oleh orang tua adalah menerima segala keadaan yang terdapat dalam diri anak-anak. Dengan sikap menerima ini, orang tua akan memiliki kesempatan memahami tumbuh kembang anaknya dengan ikhlas dan terbuka.

Selain itu anak tunarungu hendaknya dilatih untuk memahami kondisi dirinya sendiri. Dengan memahami kondisi fisik dan kekurangan diri mereka akan lebih terbuka. 

Ajarkan pula tentang pandangan orang lain sehingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang dapat bersosialisasi, tidak egois dan mandiri. Hal ini dibutuhkan karena pada umumnya anak yang merasakan kekurangan dirinya akan lebih egois sehingga anak-anak perlu dilatih untuk menghargai dan memahami orang lain juga.

Amati, gali dan kembangkan bakat yang dimiliki anak

Setiap anak yang diberikan kekurangan oleh Allah Swt akan diberikan pula kelebihan. Keyakinan itu harus dimiliki oleh orang tua atau pun anak tunarungu itu sendiri. Orang tua hendaknya menggali potensi yang dimiliki anak dan mengembangkan potensi tersebut dengan maksimal. Kemampuan itu menjadi salah satu faktor untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang lebih tinggi dari anak tunarungu tersebut.

Ajarkan komunikasi yang baik

Anak tunarungu memiliki keterbatasan saat berkomunikasi lisan. Pada kasus anak tunarungu yang memiliki ambang dengar ringan dan sedang masih memiliki sisa pendengaran. 

Sisa pendengaran ini dapat dimaksimalkan dengan bantuan alat bantu dengar yang akan membantu mengantarkan suara baik manusia berbicara, musik atau bunyi yang lain.

Tidak sedikit dari mereka yang mampu berkomunikasi layaknya orang normal karena mereka menggunakan alat bantu dengar dan melatih berbicara mereka. Banyak terapi yang bisa diikuti agar komunikasi lisan anak tunarungu dapat dilakukan dengan baik.

Berbeda dengan anak tunarungu yang memiliki ambang dengar lebih dari 100db dan kategorinya berat dan sangat berat. Mereka tidak bisa mendengar sumber bunyi sama sekali sehingga mereka perlu belajar bahasa isyarat dan baca bibir.

Yang lebih penting lagi keluarga dan lingkungan sekitar dan lingkungan pendidikan pun harus belajar menggunakan bahasa isyarat tersebut agar komunikasi dapat dilakukan dua arah.

Di Indonesia kesadaran belajar bahasa isyarat ini masih sangat rendah

Berbeda dengan negara-negara luar yang sudah mengimbau penduduk, warga negaranya yang normal untuk mempelajari bahasa isyarat. Hal itu sangat membantu komunikasi para tunarungu. Mereka bisa berbelanja, belajar di sekolah umum, naik transportasi umum tanpa takut tidak dapat berkomunikasi dengan orang-orang normal lainnya.

Biarkan anak mencari solusi sendiri

Sikap orang tua yang selalu over protection kepada anaknya yang tunarungu serta menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi anak bukanlah tindakan yang bijaksana. Biarkan anak mencari solusi sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sendiri. Berikan arahan dan bimbingan jika anak-anak mengalami kesulitan dan sifatnya bukan intervensi.

Didik anak mandiri

Biarkan anak melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang bisa dilakukannya sendiri. Jangan biarkan mereka menggantungkan hidupnya kepada orang tua, saudara-saudara ataupun teman-temannya. Kemandirian sangat dibutuhkan anak agar percaya diri. 

Berikan pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya dirinya.

Berikan motivasi tanpa jeda

Motivasi anak dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara, antara lain: memberikan pujian dan ucapan selamat bila anak berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik, memberikan les sesuai dengan potensi dan passion anak, memberikan teladan yang baik. Bimbinglah anak dengan nilai-nilai agama yang akan dijadikan sebagai panduan hidupnya.

Siapkan masa depan dengan baik

Salah satu cara untuk menyiapkan masa depan mereka adalah dengan pendidikan. Jangan biarkan anak-anak terkurung dalam rumah karena orang tua mereka malu dan tidak menerima kenyataan yang dihadapi.

Biarkan anak-anak mencari ilmu di sekolah karena mereka juga memiliki hak sama dalam mengenyam pendidikan. Anak tunarungu perlu diberi bekal keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya. Kursus keterampilan dapat menjadi salah bekal mereka di masa depan.

Tak ada seorang pun di dunia ini dapat memilih  lahir dalam  keadaan sempurna secara fisik maupun psikis, atau terlahir dengan memiliki keterbatasan. Namun, setiap orang harus menerima  dengan ikhlas jika Tuhan memberikan kekurangan. Jalani dengan tabah dan galilah potensi yang ada karena sejatinya setiap manusia terlahir dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Semoga bermanfaat.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun