Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Hati

21 Desember 2022   19:52 Diperbarui: 21 Desember 2022   20:08 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://rislah.com/manfaat-motivasi-hijab/

Manusia sejati itu adalah saat dia diberi ujian tidak pernah putus harapan. Dia yakin bahwa setelah hari ini akan ada hari esok, di antara kesulitan Sang Maha Pencipta akan memberikan kemudahan, dan dibalik kepedihan kelak akan ada kebahagiaan. Banyak kenyataan yang terjadi dalam hidup kita adalah mimpi-mimpi kita kemarin, maka tetap bersyukur dan bertawakallah kepada-Nya.

Karina menulis kata-kata tersebut dalam buku diarynya. Kalimat bijak yang dapat menumbuhkan kembali semangatnya jika sedang terpuruk.

Enam bulan sejak kematian Bunda, Karina mencoba untuk bangkit dari keterpurukan. Dia tak ingin memelihara luka lebih lama lagi. Baginya kepergian Bunda adalah takdir Allah yang harus diterimanya dengan ikhlas.

Sejak kematian Bunda, hubungan Ayah dengan dirinya kurang bagus. Dia bertemu dengan Ayah jika sedang ada rapat direksi di perusahaannya. Ayah adalah komisaris di perusahaan tempat Karina bekerja sehingga Ayah akan hadir jika ada rapat direksi.

Mereka tak banyak membicarkan hal-hal pribadi. Berbeda saat mereka masih bersatu dan Bunda masih ada. Sebagai anak semata wayang Karina selalu mencurahkan masalah atau perasaan kepada kedua orang tuanya. Kini hal itu tak pernah terjadi. Jika ada masalah Karina lebih sering mencurahkan kepada Mbok Nah atau kepada Ummi Aisyah, guru ngajinya,  yang sudah dia anggap sebagai ibu angkatnya.

"Assalamualaikum, Neng Karin. Ada tamu yang mencari Neng Karin," seru Mbok Nah dari balik pintu kamar Karina.

Baca juga: Puisi Rindu Pada-Mu

"Iya, Mbok. Sebentar saya akan keluar," ujar Karin seraya merapikan gamis dan hijabnya, kemudian nongol di depan pintu kamarnya.

"Siapa, Mbok?" tanya Karin pelan. Mbok Nah tidak menjawab, dia langsung pergi ke dapur. Hal itu membuat Karin penasaran.

Karina bergegas ke ruang tamu. Di sana dia melihat ada wanita bersama seorang anak kecil berusia sekitar dua tahun setengah.

"Assalamualaikum, Karin," sapa perempuan itu yang tak lain adalah isteri baru ayahnya. Usianya mungkin tak jauh berbeda dengan Karin, mungkin hanya terpaut tiga atau empat tahun saja.

"Waalaikumussalam. Mau apa Anda datang ke rumah ini?" tanya Karina ketus," Anda mau mengusik kehidupan saya juga setelah Anda menghancurkan hidup ibu saya?"

"Saya datang ingin meminta maaf kepadamu, Karin. Saya tahu sudah melukai hatimu dan Bundamu. Tapi saya menganggap ini adalah qadarullah yang harus saya terima,' ujar perempuan itu pelan. Namanya saja Karina tidak tahu.

"Perkenalkan, nama saya Alesha, Kakak Karin," tiba-tiba anak kecil yang bersama perempuan itu mendekatinya dan menjulurkan tangannya kepada Karina.

Karina memandang gadis kecil yang ternyata bernama Alesha, yang nota benenya adalah  adik tirinya dengan tajam. Namun binar bola mata Alesha membuat hati Karina luluh. Kemudian Karina menerima jabatan tangan Alesha, tanpa berbicara apa-apa.

"Saya datang ke sini karena ingin memberitahukan kondisi Ayah. Kini Ayah sedang sakit, tetapi dia tidak mau dirawat di rumah sakit. Saya ingin kamu menengoknya dan membujuk ayah untuk dirawat di rumah sakit," jelas isteri baru Ayah itu pelan.

Karina tercenung saat mendengar perkataan perempuan itu. Karina tidak pernah tahu jika Ayahnya sakit keras. Selama ini Ayah tidak pernah berbicara atau pun mengeluh apa-apa kepadanya.

"Ayah sakit apa?" tanya Karina pendek. Sebenarnya terbersit rasa khawatir di hatinya.

"Ayah terkena kanker hati. Baru terdeteksi setahun lalu. Seharusnya dia dirawat dan diobati intensif, tetapi Ayahmu tidak mau," papar perempuan itu.

Karina kembali termenung. Biar bagaimana pun Ayah adalah orang tua kandungnya. Dia tetap menyayangi laki-laki itu, meskipun pernah menorehkan luka dalam di hati Bunda dan Karina.

"Sekarang ayah ada di mana?" tanya Karin mulai bernada cemas.

"Ayahmu ada di rumah. Kemarin dia pingsan saat memaksakan diri pergi ke kantor. Saat akan dibawa ke rumah sakit, Ayahmu menolak dan meminta untuk dibawa pulang. Dokter Hardi yang akhirnya merawat ayahmu di rumah.

"Kakak Karin, nanti kakak menengok Papa, ya, di rumah," ujar Alesha dengan suara cadel. Karin tak menjawab ucapan adik tirinya itu.

"Ya, sudah. Kedatangan saya hanya ingin memberitahukan ini kepadamu. Sebenarnya Mas Hanung melarang saya memberitahukan ini kepadamu, tetapi saya takut disalahkan jika terjadi sesuatu kepadanya," kata ibu tirinya sambil berdiri dan pamit.

Setelah kepergian mereka, Karina terduduk lemas di sofa. Dia tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh perempuan itu. Minggu lalu Karina masih bertemu dengan Ayah saat ada presentasi tender proyek gudang di Cikarang. Ayah terlihat sehat-sehat saja.

"Loh, mana tamunya?" tiba-tiba Mbok Nah muncul sambil membawa minuman dan pisang goreng hangat.

"Mereka sudah pulang, Mbok.Mereka memberitahukan jika Ayah sakit keras. Ayah terkena kanker hati dan kini sedang terbaring di kamarnya,' jelas Karina sedih.

"Sudahlah, Neng Karin. Lebih baik Neng Karin mengalah. Tengoklah ayah di rumahnya. Hilangkan amarah di hati Neng Karin," nasehat Mbok Nah pelan sambil menyentuh bahu Karina.

Sepeninggal Mbok Nah, Karina termenung di sofa. Mungkin sudah saatnya Karina memaafkan Ayahnya dan ibu tirinya itu. Perselingkuhan ayah dengan perempuan itu menyebabkan penderitaan untuk Bunda sehingga Bunda mengidap penyakit jantung dan darah tinggi karena menyimpan luka itu sendiri. Tak sekali pun Bunda mengeluh dan menceritakan hal itu kepada Karin. Bunda menerima jika cinta dan kasih sayang ayah diduakan dengan wanita lain

Karin baru mengetahu jika ayahnya menikah lagi setelah Bunda meninggal. Ayah dan ibu tirinya itu datang melayat. Dia sempat histeris dan memaki ibu tirinya. Amarah memuncak saat itu. Dia mengusir perempuan itu.

Sekarang Karina merasa ragu dengan hatinya. Kekecewaan dan kemarahannya selama ini juga tak akan menghidupkan Bunda kembali. Hati kecilnya mengatakan dia tak ingin kehilangan Ayahnya.

Karina membuka laptopnya dan dia mulai browsing tentang penyakit kanker hati yang diderita ayahnya.

"Kanker hati terjadi tanpa diketahui penyebabnya.  Tingkat keganasan sangat tinggi, sebagian besar penderita mengetahuinya setelah memasuki kanker hati stadium lanjut. Setelah kanker hati terdeteksi, masalah yang paling dikhawatirkan bagi pasien dan keluarga mereka adalah berapa lama mereka bisa bertahan hidup. Kanker hati sampai stadium lanjut, sudah susah untuk diobati sepenuhnya. Namun, apabila aktif melakukan pengobatan, berpikir optimis, bisa membantu mengontrol tumor berkembang, menaikkan kualitas hidup"

Salah satu artikel yang dibaca Karina sangat mengejutkannya. Mungkinkah Ayah salah satu orang yang tidak diketahui penyakitnya dan pada saat sudah terdeteksi penyakitnya sudah mencapai stadium lanjut. Dan yang paling mengejutkan pada umumnya tingkat harapan hidup pada pasien kanker hati ini lebih kurang lima tahun lagi.

Mengalami kehilangan memang bukanlah hal yang mudah. Kesedihan akan menghampiri saat orang yang kita cintai pergi dari hidup kita. Orang-orang yang biasa bersama dan mengiringi kita tiba-tiba pergi meninggalkan kita. Ketika hidup tak lagi mampu menemani, hanya sesal yang tersisa di hati. Penyesalan karena tak dapat menghabiskan waktu bersama, kesedihan karena harus hidup seorang diri, duka yang berkepanjangan karena telah menyakiti hati orang yang terkasih. Karina tidak mau merasakan itu lagi.

Benar kata Mbok Nah, memaafkan Ayah adalah jalan yang terbaik jika tidak ingin kehilangan dia. Karina ingin memberikan kebahagiaan di sisa hidup Ayahnya. Biarlah luka yang pernah tertoreh di hatinya, hanyut bersama hujan yang mulai turun ke bumi.

Kadang manusia harus sampai kepada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang seseorang. Karina tidak mau berjalan sampai pada titik itu. Dia tetap ingin bersama Ayahnya, meskipun hanya sesaat hingga tiba pada waktunya nanti.

Allah SWT memberikan ujian berupa kehilangan pada kita untuk mengajarkan hikmah didalamnya pada kita.

Cibadak, 21 Desember 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun