Aku harus mencari tah  tentang gadis manis itu. Salah satu caranya adalah dengan datang kembali ke perkebunan dan bertanya kepada orang-orang di sana.
***
Matahari masih bersembunyi di balik awan kelabu meski angka di jarum jamku sudah menunjukkan angka delapan. Hari ini diprediksikan hujan akan turun di seputar Jabodetabek. Suasana mendung ini membuat ketiga teman-temanku masih meringkuk di kamar.
Aku bergegas pergi ke perkebunan teh dengan harapan dapat bertemu kembali dengan gadis dengan senyuman manis kemarin. Senyuman yang telah membuat hatiku berdebar-debar.Â
Setiba di sana, aku segera menuju tempat pertama kali melihat gadis yang bernama Kandi. Dia tak ada di sana. Yang terlihat hanya para pekerja yang sedang memetik daun-daun teh.
"Akang sedang mencari seseorang?" Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya mendekati sambil bertanya.
"Oh ... ya, Pak. Maaf saya mencari gadis bernama Kandi," jawabku ragu-ragu.
"Kandi?" tanya laki-laki itu sambil menatapku tajam," Akang kenal dengan Kandi?"
"Hm ... tidak sih, Pak. Saya melihat dia kemarin sore di sini bersama bapaknya. Saya tahu namanya pun karena Bapak itu memanggil gadis itu," jelasku seraya kebingungan saat mendengar pertanyaan laki-laki itu.
"Rupanya dia muncul lagi," ujar  laki-laki yang ternyata bernama Abah Ujang.
"Maksud Bapak?" Aku bertanya sambil memandang Abah Ujang dengan tatapan tak mengerti.