Akhirnya Karina mendapat hukuman scout jump dua puluh lima kali dari senior lain.
Setelah ospek berakhir, Karina jarang bertemu dengan Rangga. Sesekali dia melihat Rangga di kantin bersama teman- temannya, tetapi Karina tidak berani menyapa karena enggan. Banyak teman yang sering membicarakan Rangga dan mengaguminya. Ternyata selain tampan, bertubuh atletis, punya jabatan ketua OSIS, Rangga pun cerdas. Dia menjuarai Olimpiade Sains tahun lalu. Pantas banyak siswa perempuan yang mengaguminya bahkan mencoba untuk caper, cari perhatian kepadanya.
Namun, Karina tetap bersikap biasa saja. Dia terlalu cuek untuk urusan cowok. Sebagai anak satu- satunya, Karina ingin menunjukkan keseriusan kepada kedua orang tuanya. Dia ingin menunjukkan bahwa dia mandiri, bertanggung jawab, cerdas meskipun dia adalah anak pengusaha kaya dan semata wayang lagi.
Kedekatan Karina dengan Rangga diawali dengan terpilihnya mereka menjadi tim sains untuk lomba tingkat provinsi. Mereka sering bertemu dan melakukan percobaan- percobaan. Sejak itu mereka menjadi sahabat. Rangga sering menjemputnya untuk bersama- sama ke sekolah. Kebetulan rumahnya searah dengan rumah Karina.
Akhirnya kedekatan itu menghadirkan perasaan lain di hati mereka. Namun, selama itu pula tak pernah tercetus dari mulut Rangga kata- kata yang sering diharapkan oleh para gadis, termasuk Karina. Mereka dekat sebagai sahabat, itu saja sudah cukup bagi mereka.
Setelah ujian Rangga diterima di ITB. Itu artinya mereka berdua berpisah. Namun, kedekatan mereka masih terus berlanjut. Mereka sering berkomunikasi lewat handphone. Begitu juga saat Karina menyelesaikan SMA dan memutuskan untuk mengambil jurusan manajemen bisnis. Saat itu dia diterima di Harvard Amerika. Karena mereka sama- sama sibuk, mereka jarang berkomunikasi
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Karina. Dia baru sadar sudah setengah jam dia melamun sementara tak satu pun berkas dia sentuh.
"Masuklah!" teriak Karina kepada si pengetuk pintu.
"Selamat malam, Bu. Ada kiriman bunga untuk ibu," ujar seorang laki- laki yang baru saja masuk ke ruangannya.
"Oh...rupanya kurir. Bunga dari siapa, Pak?" tanya Karina sambil memandang kurir itu. Perasaan dia mengenal suara dan postur tubuhnya.