Hari ini bertepatan dengan Hari Puisi Nasional. Hari Puisi Nasional ini bertepatan dengan wafatnya seorang penyair legendaris yang memiliki karya "Aku", Chairil anwae.
Pada kesempatan ini saya akan mengajak untuk mengenal penyair lain yang juga legendaris. Penyair yang pernah mendapat julukan Si Burung Merak, W.S. Rendra.
Siapa yang tidak mengetahui penyair besar W.S. Rendra. Beliau adalah penyair yang sangat piawai menyampaikan rasa dan ide-idenya dalam kalimat-kalimat yang penuh makna. Kumpulan-kumpulan puisinya selalu ditunggu oleh para penikmat puisi.Â
Marilah pada kesempatan Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap tanggal 28 April , kita coba untuk membedah salah dua puisi religius W.S. Rendra. Kebetulan juga hari ini masih menjalankan Saum Ramadan.Â
Puisi berjudul  Gumamku Ya Allah salah satu puisi yang ditulis penyair legendaris ini dan diterbitkan menjadi buku kumpulan puisi berjudul Doa Untuk anak Cucu.
Kita mengenal W.S. Rendra adalah penyair yang selalu memberikan pesan moral dan pendidikan karakter yang sangat kuat di setiap karya-karyanya. Memang sudah sepatutnya karya seni dapat memberikan kontribusi dalam memberikan pembinaan karakter bagi pembaca melalui pesan-pesan moral di dalamnya.
Penyair yang bernama asli Willybrondus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo sangat legendaris dan piawai dalam menciptakan puisi yang menawan dan sarat makna. Penyair ini tidak hanya pandai merangkaikan diksi, tetapi pesan-pesan moral yang terdapat dalam puisi itu sangat mengena di hati pembaca.
Kumpulan puisi berjudul Doa Untuk anak Cucu ini memiliki pesan=pesan moral seorang W.S. Rendra terhadap lingkungannya.
Beberapa puisi dalam kumpulan puisi ini memberikan nilai moral religius. Pembaca diajak untuk merenungi tentang kehidupan agamanya.
Kita simak puisi pertama berjudul Gumamku ya Allah.
Gumamku ya Allah
WS. Rendra
Angin dan langit dalam diriku,
gelap dan terang di alam raya,
arah dan kiblat di ruang dan waktu,
memesona rasa duga dan kira,
adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!
Serambut atau berlaksa hasta
entah apa bedanya dalam penasaran pengertian.
Musafir-musafir yang senantiasa mengembara.
Umat manusia tak ada yang juara.
Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.
Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.
Agama adalah kemah para pengembara.
Menggema beragam doa dan puja.
Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.
Jakarta, 28 Mei 1983
WS Rendra
Puisi ini menyampaikan tentang gumaman penyair tentang kehadiran sang Pencipta, Allah SWT. Pada bait pertama penyair menyampaikan tentang rahasia keberadaan Allah dengan bahasa simbolis dan hiperbolisme, Angin dan langit dalam diriku,
gelap dan terang di alam raya, arah dan kiblat di ruang dan waktu, gelap dan terang
Puisi ini memaparkan tentang derajat yang dimiliki manusia itu sama di mata Allah SWT. Dan agama adalah pondasi yang harus dimiliki oleh setiap manusia meskipun agama di Indonesia ini berbeda- beda tetapi tetap nilai-nilai kebaikanlah yang diajarkan, Sikap saling menghargai antar umat beragama disimbolkan dalam larik berikut:
Umat manusia tak ada yang juara.
Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi
Nilai religius juga terdapat dalam puisi W.S. Rendra yang berjudul "Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu. Puisi ini adalah puisi terakhir yang dibuat oleh Rendra. Puisi ini dibuat bulan Juli 2009 dan beliau wafat pada bulan Agustus karena penyakit jantung koronernya.
Tuhan Aku Cinta Pada-Mu
Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu
Puisi ini memberikan makna kepasrahan penyair saat menghadapi penyakitnya dan taubatan nasuha seperti dalam larik puisinya
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Larik ini menggambarkan keinginan penyair untuk memohon ampun atas segala kesalahan yang pernah dilakukannya.
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Larik ini menyatakan pengampunan dan keinginan untuk kembali ke jalan Allah. Seperti diketahui W.S. Rendra sebelumnya bukan penganut Islam. Di masa tuanya kemudian dia menganut Islam dengan ketaatannya.
Tuhan, aku cinta pada-Mu. Baris ini menyatakan tentang kecintaan penyair kepada ajaran Islam, ajaran yang diturunkan Allah SWT.
Nilai-nilai religius W.S. Rendra mengantarkannya dalam keabadian yang tak lekang waktu. Selamat jalan Sang Maestru.
#HariPuisiNasiona;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H