Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ma, Mengapa Aku Berbeda?

16 April 2022   21:33 Diperbarui: 16 April 2022   21:36 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam mulai merangkak pelan-pelan. Rembulan tak tampak hari ini. Sinarnya tertutup mendung pekat. Sebentar lagi hujan akan turun dan udara dingin pasti akan menemani.

Kupandangi wajah anakku yang tengah tertidur lelap. Wajahnya begitu damai dalam tidurnya. Kuusap dahinya dan kucium pelan-pelan dengan penuh kasih sayang.

Aku teringat pada ucapannya sore tadi. Pertanyaan yang tak pernah bisa kujawab sampai kapan pun kecuali dengan seuntai kata penyemangat.

"Ma, mengapa aku berbeda? Apakah karena perbedaan ini yang membuat teman-temanku enggan bermain denganku?" tanyanya menuntut jawaban.

Aku tercekat dan tak tahu harus menjawab apa. Haruskah aku berteriak dan menanyakan kepada-Nya untuk dapat memberikan jawaban untuk putri semata wayangku.

"Allah SWT menciptakan manusia dengan segala perbedaan, Sayang. Dan kita harus bersyukur dengan perbedaan itu. Yakinlah setiap manusia dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting kamu ikhlas menjalaninya," nasehatku sambil menahan sesak di dada," Muslimah sejati itu adalah saat dia diberi ujian tidak pernah putus harapan. Dia yakin bahwa setelah hari ini akan ada hari esok, di antara kesulitan Allah akan memberikan kemudahan, dan dibalik kepedihan kelak akan ada kebahagiaan. Tetap bersyukur dan bertawakallah kepada-Nya."

Ya... Rabbi, ibu mana yang menginginkan anaknya terlahir dalam keterbatasan? Tak akan ada seorang pun yang menginginkan itu. Tapi aku ikhlas menerima iradah-Mu.

Rasanya tersayat hati ini bila Dania pulang ke rumah dengan membawa cerita tentang teman-temannya yang tidak mau berteman dengannya, atau mereka membully-nya. Sekuat tenaga aku menahan rasa itu di dada. Biarlah agar Dania menerima itu dengan tabah. Aku ingin menjadikan dia gadis yang tabah dan kuat.

Tidak mudah mendidik anak dengan keterbatasan, tetapi kami mampu melaluinya. Betapa kami harus berjuang untuk menjadikannya mampu mendengar meski dengan alat bantu dengarnya. Kami harus berjuang agar Dania mampu berbicara layaknya anak normal lainnya. Kami pun harus membuat dia percaya diri dan kuat dalam menghadapi hinaan, cercaan dan perlakuan yang tidak menyenangkan.

Kejadian sore tadi sangat membuat hatiku terluka. Betapa aku harus kuat dihadapan Dania.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun