Ada beberapa hal yang harus dipahami seorang penulis saat dia akan mengungkapkan ide, gagasan, perasaan atau pengalaman dalam bentuk tulisan tersebut, yaitu:
1. Mencari ide tulisan yang menarik dan digemari banyak orang.
Seorang penulis yang kesulitan mencari ide sebaiknya melakukan pengamatan pada lingkungan sekitar. Mereka bisa mengamati kira- kira ide apa yang sedang viral dan sedang digemari oleh masyarakat.
Biasanya ide- ide yang terbaru dan viral ini menjadi hal yang menarik untuk kita tuangkan dalam tulisan, misalnya dewasa ini sedang banyak dibicarakan tentang lomba motor GP di Mandailika. Nah, kita bisa menjadikan ide tersebut dalam tulisan.
2. Menentukan genre atau jenis tulisan yang akan kita buat.
Setelah ide tulisan kita peroleh, kita bisa menentukan genre yang akan digunakan. Kita bisa menentukan genre fiksi atau non fiksi.
Contoh genre non fiksi yang akan digunakan oleh kita. Kemudian kita tentukan lagi jenis tulisan kita. Genre non fiksi memiliki beberapa jenis tulisan, antara lain: teks berita, artikel populer, artikel ilmiah, praktik baik, penelitian tindakan kelas, jurnal , atau opini.
Genre fiksi memiliki beberapa jenis tulisan, antara lain: prosa(cerpen, kisah inspiratif, novel, novelet, novela, senandika, roman) dan puisi( pantun, syair, puisi bebas, gurindam, syair)
3. Pelajari PUEBi ( Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia)
Saya pernah belajar tentang teknik swa sunting naskah. Swa sunting adalah melihat, merevisi, menghilangkan dan memperbaiki kata, huruf, tanda baca, dan kalimat yang kurang tepat dan tidak seauai dengan PUEBI. Apakah PUEBI? PUEBI adalah suatu pedoman penulisan yang berkaitan dengan penulisan ejaan, penulisan kata, penggunaan huruf dan penggunaan tanda baca yang dimiliki oleh Bahasa Indonesia
PUEBI wajib dipahami oleh setiap penulis agar mereka tidak salah menuliskan ejaan Bahasa Indonesia yang benar.
PUEBI ini dahulu disebut EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Beberapa kali Bahasa Indonesia ini mengalami perubahan ejaan. Perubahan ini bertujuan untuk membuat bahasa Indonesia lebih baik kualitas dan menjadi bahasa yang dapat bersinergi dengan perubahan zaman.
Sesuai dengan perkembangan zaman, selayaknya Pusat Bahasa Indonesia mengeluarkan Pedoman Umum Bajasa Digital dan Internet agar para pencintaya media sosial dan dunia maya lainnya memiliki patokan dalam berbahasa di dunia digital.
Seringkali penulis menggunakan kata- lata yang kurang tepat. Contoh kesalahan berbahasa penggunaan huruf h dalam kata- kata yang sepatutnya tidak menggunakan konsonan h, yaitu: hembus( yang benar embus), hempas ( yang benar empas), himbau( seharusnya imbau).