Minyak goreng adalah salah satu bahan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Banyak aktivitas yang bergantung dengan penggunaan minyak goreng ini. Hanya saja beberapa bulan ini, minyak goreng langka di pasaran dan menjadi barang yang sulit ditemukan. Â
Sejak Januari 2022, pemerintah mengucurkan subsidi untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng ini.Â
Dengan subisidi pemerintah, minyak goreng kemasan dapat dibeli dengan harga Rp 14.000 per liter atau Rp 28.000 per dua liter.Â
Untuk mendapatkan harga murah, masyarakat harus rela antre atau berdesak-desakkan di toko retail tertentu. Itu pun pasokan yang ada sangat terbatas. Di pasar tradisional, harga minyak kemasan mencapai Rp 35.000 per dua liter.
Namun hari Rabu (16/3/22), saya mendapat kiriman foto dari seorang teman. Dia memberitahukan harga minyak goreng di salah satu retail di kota Sukabumi.Â
Harga per dua liter minyak goreng dari harga semula Rp 28.000 kini sudah berubah menjadi Rp 47.000-Rp 49.000. Harga yang cukup tinggi untuk minyak goreng saja.
Kenaikan harga yang sama juga berlaku di pasar-pasar tradisional. Harga saat pemerintah memberikan subsidi, harga minyak goreng di pasar tradisional mencapai Rp 17.000-Rp 18.000 per liter.Â
Sebelum subsidi dicabut, harga minyak kemasan di pasar tradisional mencapai Rp 35.000 untuk dua liter minyak goreng. Setelah subsidi dicabut, harga tersebut melambung menjadi Rp 48.000.
Kenaikan harga tersebut disebabkan telah dicabutnya subsidi pemerintah untuk minyak goreng yang diberikan sejak bulan Januari 2022 lalu, khususnya minyak goreng kemasan, terhitung tanggal 16 Maret 2022 lalu.Â
Pemerintah akan melepas minyak goreng kemasan ke pasaran dan tidak lagi menyesuaikan dengan harga eceran tertinggi (HET) yang selama ini ditetapkan pemerintah. Harga akan dilepas sesuai dengan harga yang diberikan produsen.
Selain kebijakan minyak goreng kemasan, pemerintah juga menaikkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah dari Rp 11.500 menjadi Rp 14.000 per liter.
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) dan PT Indomarco Prismatama (Indomaret) mulai menjual minyak goreng kemasan dengan harga di atas Rp 23.000 per liter pada Kamis (17/3/2022). Harga baru diberlakukan setelah pemerintah mencabut harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng.
Diambil dari laman CNN.com, alasan pemerintah menghapuskan subsidi untuk minyak goreng adalah ketidakpastian global yang menyebabkan harga pasokan energi dan pangan naik dan langka, termasuk ketersediaan CPO untuk minyak goreng.
Masyarakat mengeluh tentang  langkanya minyak goreng di pasaran. Salah satu penyebabnya adalah sejumlah oknum distributor yang melakukan penimbunan di berbagai daerah.
Dampak Melejitnya Harga Minyak Goreng Bagi Masyarakat
Harga minyak goreng yang mahal  cukup berdampak juga bagi para ibu rumah tangga, yaitu semakin bertambahnya budget yang harus disiapkan.Â
Dua liter minyak goreng biasanya digunakan selama dua minggu. Selama dua bulan dibutuhkan dua kemasan minyak goreng. Biasanya harga minyak goreng tak lebih dari Rp 30.000.
Budget yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak goreng  mengeluarkan Rp 60.000. Sekarang ini, mereka harus mengeluarkan uang dua kali lipat untuk membeli minyak goreng. Belum lagi harga sembako lain yang ikut-ikutan melonjak harganya terlebih lagi menjelang bulan puasa.Â
Selain itu banyak usaha yang bergantung pada minyak goreng. Salah satu jenis usaha dalam industri pengolahan makanan yang menggunakan minyak goreng dalam jumlah besar dan sebagai salah satu bahan baku utama dalam proses produksinya adalah para penjual gorengan.
Salah satunya adalah penjual gorengan. Salah satunya adalah Ibu Leli. Dia dan suaminya sudah bertahun-tahun berjualan gorengan. Mereka mangkal di depan rumah sakit Sekarwangi.Â
Sebelum pandemi omzet yang bisa dihasilkan selama sehari kurang lebih dua ratus ribu rupiah. Setelah masa pandemi pendapatan mereka berkurang drastis. Apalagi sekarang ini harga minyak goreng kemasan sudah cukup mahal.
"Saya pasrah saja kepada takdir. Insyaallah, rejeki akan diberikan kepada kami," ujar Ibu Leli saat ditanya pendapatnya tentang kenaikan harga minyak goreng.Â
Kebetulan Ibu Leli ini selalu menggunakan minyak goreng kemasan karena dia tidak mau mengecewakan para pelanggan  dengan menggunakan minyak curah yang katanya kualitasnya di bawah minyak goreng kemasan.
Ada beberapa cara yang digunakan oleh para penjual gorengan ini untuk menutupi mahalnya harga minyak goreng.Â
Pertama adalah menaikkan harga gorengan yang mereka jual. Kedua, dengan harga yang tetap, tetapi ukuran gorengan diperkecil.
Para penjual gorengan berharap, para pembeli tidak akan terpengaruh dengan kebijakan mereka itu. Mereka juga berharap agar pemerintah dapat mengendalikan harga minyak goreng agar harga tidak terus meroket. Sekarang ini harga minyak goreng diserahkan kepada pasar dan produsen.Â
Mereka khawatir jika para pengusaha minyak goreng akan terus menerus menaikkan harga dengan alasan harga CPO terus naik dan biaya produksi meningkat terus.
Indonesia menjadi negara eksportir terbesar minyak kelapa sawit di dunia pada 2020. Total ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tercatat mencapai sebanyak 37,3 juta ton dengan market share global mencapai 55 persen.Â
Perkebunan kelapa sawit  di Indonesia pun terbesar. Hal ini membuat CPO jadi penyumbang devisa ekspor terbesar bagi Indonesia. Namun. Ironi sekarang ini harga minyak goreng justru mahal di Indonesia.Â
Sebuah PR buat pemerintah agar pengadaan minyak goreng tidak lagi menjadi masalah buat masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H