"Aku tadi melihatnya di dalam mobil mewah bersama seorang laki-laki paruh baya," jelasnya sambil berbisik. Arman takut Nadia mendengar ucapannya.
" Yang aku dengar  Bu Centini sudah menikah dengan orang Jakarta. Konon suaminya seorang pengusaha kaya, cuma itu yang mbak tahu," kata mbak Arini dengan suara pelan. Dia melirik ke arah Nadia yang sedang asyik bermain Barbie kesukaannya.
Jawaban Mbak Arini tidak memuaskan hati Arman. Dia harus mencari tahu tentang Centini. Jika dia bertanya langsung pada Centini, dia merasa tidak enak. O ...ya, Arman ingat kemarin Centini memberinya nomor telepon Gondo.
Mungkin Gondo bisa menceritakan tentang Centini kepadanya karena selama ini Gondo dan Diah masih sering bertemu dan berkomunikasi dengan Centini.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Arman segera mengambil gawai yang tersimpan di kamar. Arman mencari nomor Gondo atau Diah.
"Nah..ini dia nomor, Gondo," katanya senang. Arman menghubungi nomor tersebut.
"Nomor Anda berada di luar jangkauan." Suara dari gawai membuatnya tak sabar. Dia juga mencoba nomor Diah.
"Assalamualaikum," jawab suara perempuan terdengar dari gawainya.
"Waalaikumusalam. Apakah ini nomor ibu Diah Ciptaloka?" tanyanya sambil duduk di kursi kecil.
"Betul. Saya berbicara dengan siapa ,ya?" tanya Diah ragu-ragu. Suara Diah tidak berubah. Masih sama saat dia duduk di SMA dulu.
"Calon politikus pergi ke cenayang. Perahu nelayan bersandar di Gresik. Lupakah engkau duhai sayang. Padaku si pria yang menarik," jawab Arman membacakan pantun yang sering dia ucapkan saat SMA dulu.