Langit masih menggantung jingga ketika Laras tiba di depan ruang kerjaku. Hujan yang mengguyur bumi kini telah berhenti berganti dengan bianglala yang menghias kaki langit. Suasana sekolah sudah mulai sepi, hanya beberapa anak OSIS yang masih bercakap-cakap dengan Pak Indra.
"Ada apa, Laras? Mengapa kamu menangis?" tanyaku saat melihat Laras sedang menahan tangisnya.
"Maaf, Bu Tia. Laras mengganggu," ujar Laras pelan.
"Tidak apa-apa. Ayo masuk! Kita berbicara di dalam," ajakku sambil menggamit lengan Laras.
Kami berdua duduk di bangku tamu. Aku memberikan tisue untuk menghapus air mata Laras.
"Laras mendengar jika ibu akan mengganti Laras. Apakah benar?" Laras bertanya kepadaku sambil memandang ke arahku.
"Kamu mendengar dari siapa? Itu hoaks," jawabku pendek.
"Laras mendengarnya sendiri kemarin dengan tidak sengaja. Saat itu Laras sedang mengambil buku di meja Miss Ayu. Ibu berbicara kepada bu Ani.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Laras. Aku ingat pembicaraan dengan bu Ani kemarin. Waktu itu aku menmberikan usul untuk mengganti pengurus komunitas literasi yang ada di sekolah ini. Para pengurus dan anggota yang kurang aktif akan diberikan penyegaran.
"Hai...kamu nguping ya," godaku sambil menepuk tangan Laras," Ibu tidak akan mengganti kamu. Ibu hanya akan mengganti pengurus yang kurang aktif. Begitu pula bagi anggota yang kurang aktif. Tidak perlu berlebihan sampai kamu menangis segala."