Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Pendidikan Anti Hoaks bagi Para Siswa?

27 Desember 2021   00:37 Diperbarui: 27 Desember 2021   21:59 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dunia digital. Sumber: gayahidupmu.com

Hoaks laksana racun. Jika hoaks dikonsumsi oleh banyak orang, mereka akan sakit bahkan mati keracunan.

Pada masa awal program vaksin Covid-19 ada video yang tersebar di masyarakat tentang efek vaksinasi. Dalam video tersebut ada seseorang yang telah divaksin dan tangan bekas suntikan itu dapat ditempeli uang laksana magnet. Hal itu menimbulkan keraguan dan ketakutan pada masyarakat untuk mengikuti program vaksin yang tengah gencar dilakukan pemerintah. Padahal program vaksin itu bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari paparan Covid-19.

Hoaks adalah   informasi palsu, berita bohong, atau fakta yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius (politis). Secara bahasa hoax adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan.

Hoaks ini banyak ditemukan di media sosial. Mengapa media sosial menjadi sasaran hoaks? Alasannya karena media sosial banyak digunakan oleh seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia.

Berdasarkan data yang diambil dari laman https://kominfo.go.id jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 171 juta orang atau 64,4 persen. Dari jumlah tersebut 83 persennya dalah pengguna pesan instan WhatsApp. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook, Twitter, google, line dan yang lainnya.

dunia digital. Sumber: gayahidupmu.com
dunia digital. Sumber: gayahidupmu.com

Fakta tersebut menunjukkan jika media sosial adalah sarana yang sangat mudah, cepat dan murah untuk menyampaikan suatu informasi. Media sosial kerap dimanfaatkan untuk menawarkan suatu produk. Berbagai marketplace atau platform kini banyak bermunculan. Media sosial menjadi sarana untuk menyampaikan program-program pemerintah dan swasta.

Media sosial juga yang dipakai oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita-berita hoaks. Berita-berita yang mampu meresahkan seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang baku hantam karena berita hoaks yang dimuat di media sosial. Terlebih lagi masyarakat yang ikut-ikutan menjadi penyebar berita hoaks tersebut. Hal itu bisa terjadi di kalangan orang-orang dewasa apalagi para generasi muda.

Mengapa orang begitu mudah mempercayai hoaks?

Orang- orang mudah mempercayai suatu informasi yang belum tentu kebenarannya disebabkan oleh beberapa faktor:

  1. Mereka malas membaca berita secara utuh dari awal sampai akhir. Mereka membaca judulnya saja dan mengambil kesimpulan awal setelah membaca judulnya saja. Mereka juga malas melakukan verifikasi data dan cek kebenaran berita tersebut.
  2. Mereka diberikan iming-iming pahala dan keberuntungan.
  3. Sesuai dengan perasaan dan keyakinan mereka.
  4. Mereka mudah mempercayai sumber dari berita tersebut.

Cerdas bermedia sosial untuk menangkal Hoaks 

Sasaran hoaks ini tidak hanya orang-orang dewasa saja, tetapi juga kalangan pelajar yang notabenenya masih sedikit pengetahuan dan ilmunya. Para siswa kerap langsung mempercayai berita-berita yang disebarkan melalui gawai mereka. Apalagi kematangan emosi mereka masih rentan.

Dampak dari hoaks itu antara lain menyebar ketakutan di masyarakat, menimbulkan rasa curiga, saling membenci, saling mendendam, dan yang paling parah dapat menimbulkan stress.

Tidak sedikit gegara berita hoaks, para pelajar melakukan tawuran sesama pelajar tanpa alasan yang jelas. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh hoaks itu sangat kuat bagi para siswa.

Oleh karena itu para siswa harus dipahamkan tentang yang mana berita hoaks dan berita yang benar-benar terjadi. Para guru hendaknya memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan teknologi dan literasi digital yang lengkap, agar para siswa dapat memilah dan memilih berita hoaks dan berita yang benar.

Di bawah ini akan saya paparkan satu persatu tentang literasi digital yang dapat diberikan kepada para siswa.

  • Kenali hoaks

Ada tiga jenis informasi yang dapat digologkan ke dalam hoaks:

  1. Misinformasi: informasi salah yang disebarkan oleh orang-orang yang mempercayainya sebagai sesuatu yang benar, tanpa berniat manipulatif atau jahat. Hal ini yang biasanya terjadi pada orang-orang yang menyebarkan kembali berita-berita tersebut melalui jejaring yang dimilikinya tanpa mengecek kembali kebenarannya.
  2. Disinformasi: informasi yang salah oleh orang yang mengetahui bahwa berita itu salah dengan tujuan untuk merugikan orang lain.
  3. Mal-informasi: informasi yang benar berdasarkan realita, tetapi digunakan untuk merugikan orang lain, lembaga atau organisasi tertentu.
  • Memahami ciri-ciri hoaks

Beberapa ciri hoaks yang harus dicermati oleh para siswa:

  1. Berita hoaks berawal dari 'katanya';
  2. Menggunakan kata-kata yang lebay, berlebihan. Jika memberikan janji akan berlebihan begitu juga jika memberikan berita yang menakutkan.
  3. Hati-hati dengan judul yang provokatif. Biasanya kata-katanya langsung menuding kepada seseorang atau lembaga tertentu;
  4. Mengandung kalimat -- kalimat yang bombastis dan kadang ada ancaman di dalamnya
  5. Isi berita dapat diambil dari media resmi hanya dipelintir seolah-olah berita itu benar sesuai dengan keinginan pembuat berita;
  6. Menggunakan sumber yang tidak jelas
  7. Amati dan teliti foto atau video yang ada dalam media sosial yang menyebarkan suatu berita yang viral.
  • Pelajari aplikasi atau kiat-kiat untuk mengecek berita, informasi, foto atau video yang meragukan.

Ada beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk cek informasi, cek foto atau pun cek video yang kita peroleh. Untuk mengecek informasi dapat digunakan google search. Untuk mengecek foto dapat menggunakan google image. Beberpa aplikasi cek data dapat ditelusuri di penelusuran.

Untuk lebih jelas, kita bisa mengikuti kursus yang diadakan oleh http:// akademi.internetsehat.id. Di dalam situs ini, kita bisa mengikuti beberapa kursus yang berkaitan dengan literasi digital, di antaranya tentang cara melawan hoaks.

Ada empat pilar literasi digital yang harus dipahami oleh para siswa:

  1. Kecakapan digital. Kecakapan digital ini berkaitan dengan bagaimana seseorang menguasai teknologo digital dengan baik. Pengoperasian berbagai alat digital, seperti: gawai, gadget, komputer, smartphone, kamera dan sebagainya merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa.
  2. Etika digital. Kemampuan seseorang  dalam menyadari, menyesuaikan diri dan menerapkan etika digital   saat berselancar di dunia digital. Contoh dari etika digital adalah tidak menyebarkan berita bohong dan tidak melalukan perundungan dunia maya. 
  3. Budaya digital. Cara berinteraksi dan berkomunikasi di dunia digital dalam proses menciptakan suatu kreasi digital.
  4. Keamanan digital. Keamanan yang dimiliki oleh seseorang saat menggunakan akun, password, OTP atau cyber security lainnya.

Literasi digital yang diajarkan kepada para siswa tidak hanya berkaitan dengan teknologinya, namun berkaitan pula tentang etika, budaya, keamanan dalam berliterasi digital. Penguasaan teknologi digital yang cakap serta penggunaan teknologi digital yang sesuai dengan budaya dan etika berliterasi digital, dapat mengantarkan siswa dalam memahami setiap permasalahan yang dihadapi. Semoga bermanfaat.

Sumber Referensi:

udemy.com

Dina, Steffani .2021. Cara Cerdas Mencegah Penyebaran Hoaks di Medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun