Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosialisasi Bahasa Isyarat bagi Masyarakat Umum untuk Membantu Komunikasi Para Difabel

5 Desember 2021   18:33 Diperbarui: 6 Desember 2021   16:31 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
komentar suryasahetapy. sumber: screenshoot igsuryasahetapy

Bahasa Isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi. 

Orang tuli adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.

Bahasa isyarat mutlak diperlukan bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran yang berat dan ekstrem. Mereka hanya bisa menangkap getaran bunyi saja tanpa bisa mnedengar pola suara yang dihasilkan suara orang yang berbicara atau pun suara dari benda. Jadi bahasa isyarat bagi tuna rungu yang berat dan ekstrem ini adalah harta yang sangat berharga.

Akan tetapi masalah komunikasi bagi mereka tidak hanya berhenti di situ saja. Mereka tidak akan kesulitan berkomunikasi dengan teman yang sama-sma menjadi penyandang rungu dan memiliki kemampuan bahasa isyarat atau dengan guru mereka.  

Masalah akan timbul ketika mereka berada di ruang publik karena mengurus sesuatu atau sedang membeli sesuatu di pusat perbelanjaan. 

Sedikit sekali pelayanan publik menyiapkan karyawan yang bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat ini. Seringkali para penyandang rungu ini menjadi bulan-bulanan bagi mereka atau menjadi tontonan pengunjung yang lain.

"Linguicism merupakan pandangan menganggap orang pakai bahasa Indonesia secara lisan lebih pintar daripada orang menggunakan bahasa isyarat."ig. Surya Sahetapy

komentar suryasahetapy. sumber: screenshoot igsuryasahetapy
komentar suryasahetapy. sumber: screenshoot igsuryasahetapy

Saya pernah membaca ulasan dari Surya Sahetapy beberapa tahun lalu. Dia pernah mengatakan bahwa di luar negeri bahasa isyarat ini tidak hanya dikuasai oleh para penyandang rungu saja. Masyarakat pun mempelajari bahasa isyarat ini.

Tujuannya agar mereka dapat berkomunikasi dengan para penyandang disabilitas rungu ini dengan baik. Bagi mereka para penyandang disabilitas ini mempunyai hak yang sama dalam menggunakan fasilitas umum, dan berkomunikasi dengan orang lain yang normal.

Dewasa ini di Indonesia sudah mulai tumbuh caf-caf yang memerdayakan para tuna rungu sebagai karyawan. Begitu juga perusahaan- perusahaan home industri di daerah -daerah pun sudah mulai mempekerjakan para tuna rungu berbaur dengan karyawan normal lainnya. Mereka melayani para pengunjung yang normal, bahkan tidak sedikit para pengunjung bersedia belajar bahasa isyarat di safe-caf tersebut.

Jika hal ini dilakukan pula di tempat-tempat publik lainnya akan memberikan dampak positif bagi para penyandang disabilitas. Mereka merasa diterima dan dihargai oleh lingkungan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun