Sekolah saya berada di level 3 sehingga diizinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Saya merasa ada tantangan khusus bagi para guru saat melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas ini.Â
Mengapa demikian? Pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan dengan jumlah peserta didik hanya 50% dari jumlah siswa yang ada. Dengan demikian harus ada pembagian belajar/shifting bagi para siswa.
Tantangan guru saat melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, antara lain:
Memahami dan Menjalankan Protokol KesehatanÂ
Sekolah wajib menjalankan protokol kesehatan sesuai dengan panduan penanganan Covid-19 dari Satgas Pusat.Â
Persiapan sarana dan prasaran prokes dilakukan oleh sekolah dan satuan tugas Covid-19 yang anggotanya adalah para guru. Guru harus memahami betul protokol kesehatan yang sudah diatur khususnya saat mengajar di kelas.
Saat pertama kali saya mengajar dalam suasana pembelajaran tatap muka terbatas ini, saya melihat wajah yang polos dan tatapan mata yang kosong dari para siswa.Â
Proses pembelajaran yang biasanya mengasyikan kini lenyap.Â
Tak ada lagi tawa ceria anak-anak. Tak ada proses tanya jawab yang aktif. Saat ditanya mereka hanya menunjukkan ekspresi yang bingung. Saya berpikir inilah salah satu dampak dari pembelajaran jarak jauh melalui model daring. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu.Â
Salah satunya adalah anak-anak tidak mau membaca materi yang diberikan guru dengan seksama dan cermat sehingga ilmu yang menyangkut di benak mereka hanya sedikit.Â
Hal itu saya rasakan selama seminggu setelah PTM. Saat saya berdiskusi dengan teman guru  yang lain, hal serupa terjadi padahal materi yang disampaikan sebatas umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran daring.