Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Genk Putih Abu-abu Menuai Rindu

1 Mei 2021   05:18 Diperbarui: 1 Mei 2021   05:22 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi


"Setiap kebersamaan pasti akan berakhir, tapi kebahagiaanitu akan tetap abadi dalam kenangan indah kita." 

Tahun 1988 saya lulus dari SMAN 3 Cirebon dan diterima kuliah di IKIP Bandung. Selama 33 tahun saya berpisah dengan teman-teman putih abu-abu saya yang selalu seru. 

Beberapa kali reuni diadakan namun saya masih belum sempat menghadiri karena berbagai keperluan. Rencananya tahun ini akan diadakan reuni namun urung karena larangan mudik kembali diberlakukan.

Syukurlah kami dipertemukan kembali dalam satu grup WA. Silaturahmi kembali terjalin lewat grup itu.Tentu saja dengan kondisi fisik yang berbeda dengan saat masih kuliah dulu. 

Kini kami sudah menjadi lolita (lolos lima puluh tahun). Julukan yang sering digunakan untuk orang yang sudah berusia lima puluh tahun ke atas. Beberapa ada yang sudah mempunyai cucu. Ada juga teman yang sudah mendahului kami kembali kepada Allah.

Kami sering mengulang cerita   saat kami masih bersekolah dulu. Ada beberapa peristiwa yang mungkin akan diingat terus oleh seluruh anggota kelas.

Kelas IPS2 adalah kelas yang sangat istimewa saat itu. Mengapa istimewa? Apakah kami memiliki prestasi yang baik dibandingkan kelas lain? Tidak, bukan itu. 

Malah sebaliknya kelas IPS2 adalah kelas yang paling heboh dan paling banyak masalah. Kelas kami sering mendapat hukuman dari guru-guru karena kenakalan-kenakalan kecil kami, misalnya: mabal dari sekolah saat pelajaran kosong dan tidak ada guru. 

Saat itu ada seorang guru tidak hadir. Kebetulan jadwal pelajarannya ada di akhir. Karena tidak ada tugas ,teman-teman cowok kabur dari pagar belakang sekolah. Keesokan harinya wali kelas kami memberikan nasehat panjang lebar. 

Pada kesempatan lain, kelas kami mengadakan pertandingan volley dengan kelas Biologi di luar jam pelajaran. Waktu itu saya diejek oleh suporter kelas Biologi dengan tujuan melemahkan mental saya. 

Kebetulan kemampuan bermain bola voli saya agak lumayan. Karena sudah biasa bertanding, mental saya tidak down. Namun apa yang terjadi? Seorang teman perempuan mendekati anak kelas Biologi itu dan menampar wajahnya. 

Akhirnya pertandingan bola voli berujung tawuran. Keesokan harinya, kami dipanggil oleh kepala sekolah dan dijemur di tengah lapang. Kenakalan-kenakalan itu memang tidak boleh diikuti ya. Saya suka tersenyum sendiri jika kami mengenang peristiwa itu.

Kelas kami juga terkenal dengan kekompakannya. Setiap ada kegiatan yang melibatkan kelas, kami selalu melakukannya bersama-sama, seperti lomba antarkelas, bakti sosial, dan kegiatan-kegiatan lain.

Rasa empati tumbuh di kelas kami tanpa memandang kekayaan dan derajat. Pernah suatu hari ada seorang kawan yang sakit dan tidak mempunyai uang untuk berobat. Serta merta ketua kelas meminta kami mengumpulkan sumbangan.

Setiap tahun kelas kami mengisi kegiatan perpisahan kelas 3 dengan aksi vokal grup. Ada beberapa teman yang pandai bermain gitar. Mereka yang mengiringi dengan keahlian bermain gitarnya. Dan vokal grup ini juga membantu PMI dalam penggalangan dana dengan penampilan keseniannya.

WA Menyatukan Kami Kembali

Teknologi informatika yang serba canggih sekarang ini memberikan berkah tersendiri kepada kami. Perpisahan yang sudah memakan waktu lama itu disatukan oleh salah satu aplikasi Handphone pintar.

Melalui grup ini, kami kembali bersilaturahmi setelah puluhan tahun berpisah. Dalam grup ini terjalin kembali cerita baru dengan suasana yang tetap sama, yaitu kebersamaan yang penuh empati tanpa melihat profesi masing-masing individu.

Ketika ada teman yang sakit serta merta mereka akan datang berkunjung dan memberikan motivasi. Kebersamaan teman-teman yang tinggal di kota Cirebon masih sering dilakukan dengan intensitas pertemuan yang tinggi. 

Terima kasih teman-teman, memori saat putih abu-abu tak akan pernah lekang dari benak kita. Dia akan terus menemani setiap kebersamaan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun