Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Rindu

22 Maret 2021   19:56 Diperbarui: 22 Maret 2021   20:40 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah berhenti kuliah?" tanya bunda lagi.

"Aku akan bekerja, Bunda. Ada temanku yang mengajak aku mengelola kafe milik orang tuanya," ujarku pendek.

Aku melihat bunda menghela napas panjang. Aku tahu jika aku sudah mengecewakannya. Aku merasa inilah keputusan yang tepat untukku.

"Baiklah jika itu keputusanmu. Silakan kamu berhenti kuliah dan buktkan kepada bunda kamu bisa meraih kesuksesan tanpa memiliki gelar sarjana," ujar ibu pelan," Dan jangan pulang jika kamu belum sukses."

Kata-kata ibu terakhir membuat detak jantungku seolah berhenti. Kata-kata itu juga yang melecutku untuk bisa membuktikan kepadanya jika aku bisa meraih kesuksesan tanpa harus menjadi sarjana.

Keesokan harinya aku pulang ke Bandung dengan membawa satu keputusan. Aku berniat untuk mengambil cuti kuliah dulu selama satu tahun. Aku akan mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku sendiri. Keputusan itu aku buat agar bunda tidak terlalu kecewa padauk.

Ibu tampaknya masih kecewa. Dia tidak mengantarkan aku ke depan pintu seperti biasanya. Ibu malah mengurung diri di kamar. Hanya adikku Via yang menyiapkan aku sarapan dan mengantarkan aku sampai ke pintu.

Sejak itu, aku bekerja di kaf Aldi temanku. Aku merasakan sulitnya mengelola kaf yang masih baru apalagi aku tidak tahu menahu tentang cara mengelola kafe. Diam-diam aku mengakui kebenaran ucapan bunda jika ilmu itu diperlukan bagi seseorang,

Selama satu tahun aku dan Aldi bekerja sama untuk memajukan kafe itu. Berbagai event diadakan agar pengunjung mau datang ke kafe ini. Sedikit demi sedikit orang mengenal kafe kami meskipun pengunjungnya masih belum terlalu ramai.

Satu tahun berlalu. Aku masih fokus pada pengembangan kafe itu sehingga tidak terpikirkan untuk kuliah. Selama satu tahun itu pula aku tidak pulang ke sukabumi. Kalau pun aku merindukan ibu dan adikku, aku hanya menelepon Via adikku. Aku masih belum memiliki keberanian untuk telepon ibu karena aku masih belum sukses.

Dert...dert..dert..hp ku berbunyi keras tanda ada panggilan masuk. Aku melihat siapa yang meneleponku. Rupanya Via sudah dua kali menelepon hanya tidak terdengar olehku. Mungkin aku asyik melamun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun