Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Rindu

22 Maret 2021   19:56 Diperbarui: 22 Maret 2021   20:40 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa? Kamu ingin berhenti kuliah?' tanya bunda dengan nada tinggi.

Saat itu aku mengutarakan keinginanku resign dari kuliah. Aku ingin bekerja dan memulai usaha. Ada gurat kekecewaan di wajahnya. Bunda berusaha untuk menaham emosinya saat itu.

Aku tahu selama ini aku adalah tumpuan harapan keluarga. Sebagai anak laki-laki pertama , aku memiliki tanggung jawab yang besar terhadap ibu dan adik perempuanku. Sejak ayah meninggal, ibulah yang menanggung beban untuk membiayai kami anak-anaknya. Hal itulah yang mendorongku untuk berhenti kuliah.. Aku ingin membantu keuangan keluarga.

"Bunda tidak mau kamu berhenti kuliah. Bunda ingin kamu berhasil dan sukses. Jika kamu tidak kuliah, apa yang dapat kamu andalkan?" tanya ibu menasehatiku.

" Vildan tidak mau merepotkan bunda. Bunda harus bekerja keras untuk membiayai kuliah Vildan. Mumpung baru tingkat pertama,Bun," ujarku bersikeras.

"Apa hanya itu alasan kamu berhenti kuliah?"tanya bunda kemudian. Aku hanya mengangguk pelan.

"Seandainya ayahmu masih hidup, dia pasti mempunyai cita-cita agar anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Dengan pendidikan seseorang itu akan dihargai oleh orang lain. Pendidikan yang bisa mendewasakan seseorang. Pendidikan juga yang bisa mengantarkan seseorang ke arah kesuksesan," panjang lebar bunda menasehatiku sambil memandangku lembut.

"Kesuksesan itu tidak hanya diperoleh dari pendidikan yang tinggi,Bun. Banyak orang yang tidak berpendidikan tinggi tapi mampu meraih kesuksesan," kataku sambil membalas pandangan bunda tajam.

"Betul kata-katamu itu, Dan.  Bunda hanya ingin mengantarkan kalian untuk mendapat pendidikan yang memadai. Itu juga yang menjadi harapan dari almarhum ayahmu karena kami yakin pendidikan itu akan membawa berkah bukan hanya di dunia tapi juga di akherat kelak," kata bunda sambil memandang foto ayah yang tergantung di dinding.

Aku melihat ada gurat kesedihan dan kekecewaan di matanya. Sebagai seorang guru, Bunda menginginkan anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang setingi-tingginya. Oleh karena itu bunda bersedia untuk bekerja keras untuk membiayai sekolah aku dan adikku. Sepulang mengajar, bunda masih menyempatkan diri untuk mengajar di salah satu bimbel. Lumayan buat tambahan keuangan kata bunda saat aku melarangnya.

Aku bersikeras untuk tidak melanjutkan kuliahku semata-mata agar bunda tidak terbebani dengan biaya kuliah yang tidak sedikit. Apalagi aku tidak diterima di perguruan tinggi negeri karena kalah bersaing dengan peserta lain. Entah berapa banyak biaya yang harus bunda keluarkan untuk aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun