Aku masuk ke kamar. Aku mengambil buku harianku. Kegemaranku menulis di buku harian dan itu terus berlanjut hingga aku menikah. Aku mencoba untuk bermuhasabah tentang peranku sebagai seorang perempuan, seorang isteri dan seorang ibu.
Allah SWT telah menciptakan aku sebagai seorang perempuan. Hal itu harus aku syukuri karena seorang perempuan sangat dimuliakan. Kesetaraan gender yang diharapkan Dewi Sartika atau pun Kartini bukanlah seperti yang kulakukan saat ini. Tetap tugas perempuan atau ibu adalah menajdi pembimbing bagi pendidikan anaknya, manajer keuangan keluarga juga menjadi isteri dan  sahabat untuk suami. Aku juga harus berperan sebagai seorang guru, teman dan pembimbing bagi anak-anakku.
Aku merasa ada sesuatu yang hilang selama ini. Dulu saat aku hanya menjadi seorang pegawai biasa, aku masih bisa menjemput Kenanga ke sekolah. Malamnya masih bisa menemaninya belajar. Kami bisa beribadah bersama-sama. Jika liburan kami masih bisa pergi berlibur ke tempat yang dekat. Lalu apa yang terjadi setelah aku memiliki jabatan? Apa yang keluargaku rasakan saat aku sering pergi ke luar kota atau ke luar negeri? Kesedihan, kehancuran dan amarah yang tersisa dari semua itu.
Aku harus menempatkan kembali diriku sesuai kodratnya sebagai seorang wanita, seorang ibu.Tugas utama wanita bukanlah mencari nafkah. Jika aku bekerja itu hanya sebatas membantu tanpa melupakan tugasku sebagai seorang isteri dan ibu. Â Ya aku harus memutuskan sekarang apa yang harus aku lakukan.
Maafkan bunda Ayah, Kenanga. Selama ini bunda sudah lalai pada kalian. Bunda lebih mementingkan pekerjaan daripada kebahagiaan kalian. Biarlah bunda kehilangan jabatan daripada harus kehilangan kebahagiaan kalian. Benar kata suamiku kebahagiaan tidak hanya diukur dari berapa banyak materi yang kita miliki. Kebahagiaan itu terletak pada hati yang tenang, damai, dan penuh rasa syukur.
Tik tok. Suara Hp terdengar lagi. Kulihat pesan dari bu Vina.
Selamat malam. Kania. Maafkan saya. Acara besok dibatalkan jadi kita tidak perlu ke Surabaya. Saya mohon kamu mengerti.
Aku tersenyum lega membaca wa bu Vina. Kemudian Aku menutup buku harianku sambil tersenyum. Aku sudah tahu apa yang akan aku lakukan besok.
Malam semakin larut. Aku keluar kamar untuk mencari suamiku dan akan kusampaikan apa keputusanku. Bagiku kalian segalanya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H