Dampak virus corona atau Covid-19 sepertinya berdampak pada semua sektor, terutama perekonomian. Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 Â tertekan hingga 2,1%. Ini karena penyebaran Covid-19 yang terus berlanjut di dalam dan luar negeri. Bank Indonesia (BI) juga telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan membatasinya menjadi kurang dari 5% atau hanya 2,5%, yang biasanya dapat meningkat menjadi 5,02%.
Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani menyampaikan dampak corona terhadap perekonomian dalam video conference pada Jumat 17 April 2020. Seperti dilansir dari situs Liputan 6, Sri Mulyani menyatakan bahwa corona telah menjadi pandemi global dan dampaknya telah menenggelamkan banyak sektor. Tidak hanya sektor pariwisata dan penerbangan, tetapi juga hotel, restoran dan banyak sektor formal dan informal lainnya.
1. Dampak pada pariwisata dan bisnis
Dampak dari dianjurkannya physical distancing dan instruksi untuk tetap tinggal di rumah akan mengurangi jumlah wisatawan dan penerbangan ke dan dari luar negeri. Banyak penerbangan domestik telah dibatalkan. Bandara sangat sepi dan tidak ada turis di hotel atau restoran. Dilansir dari Liputan 6, banyak penerbangan di 15 bandara di Indonesia yang dibatalkan. Jumlah wisatawan yang terus menurun hingga menimbulkan kerugian ratusan miliar.
Di saat yang sama, industri hotel dan restoran juga merasakan dampak langsung dari wabah korona. Jumlah tamu hotel merosot tajam, bahkan termasuk tamu dari China. Karena penurunan penjualan, banyak restoran juga memilih untuk tutup. Beberapa bersifat terbuka dan hanya digunakan untuk mengirim atau mengambil pesanan. Sehingga, tingkat okupansi kedua industri ini turun hingga 50%.
2. Dampak pada UKM
Perusahaan yang merasakan dampak korona terhadap perekonomian juga termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mereka mengaku kehilangan pelanggan karena keterasingan dan anjuran untuk di rumah saja, yang meningkat hingga 50%. Hal ini menyebabkan penurunan penjualan karena tidak ada yang keluar rumah untuk berbelanja.
Terakhir, sulit bagi UMKM untuk membayar biaya produksi dan operasional secara keseluruhan. Mereka kesulitan memberikan gaji pegawai dan THR sebelum hari raya Idul Fitri. Banyak yang rugi karena keuntungan tidak dapat menutupi biaya produksi. Akhirnya, beberapa perusahaan memutuskan untuk mengurangi produksi dan mengurangi jumlah karyawan.
3. Dampak terhadap sektor manufaktur
Sama halnya dengan sektor pariwisata, dampak corona terhadap perekonomian juga dirasakan sektor manufaktur. Jika biasanya manufaktur menggenjot industri menjelang Ramadan karena corona, manufaktur malah harus menurunkan produksi. Impor bahan baku untuk produksi juga tersendat karena banyak pengiriman yang dibatalkan.
Alhasil, banyak karyawan harian yang diliburkan dan beberapa ada yang diminta untuk libur bergantian. Paling parah ada yang dirumahkan sepenuhnya dengan separuh pesangon bahkan tanpa pesangon, karyawan ini pun pada akhirnya harus mencari pekerjaan lain untuk tetap bertahan hidup.
4. Dampak terhadap IHSG
Virus corona telah menjadi pandemi di seluruh negara di dunia, dan dampaknya juga terlihat jelas di pasar saham. Karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 5%, Bursa Efek Indonesia (BEI) harus melakukan trading halt dan menghentikan perdagangan untuk sementara waktu. Pada bulan Maret saja, BEI melakukan trading halt sudah sebanyak lima kali.
Meski IHSG kembali menguat di awal April, sayangnya IHSG kembali turun di hari-hari berikutnya. Diperkirakan fluktuasi ini akan terus berlanjut hingga berakhirnya wabah virus corona. Investor disarankan untuk terus memantau portofolio investasi dan tren pasar untuk menghindari risiko yang lebih besar dalam berinvestasi. Saat ini, fokusnya adalah mengurangi risiko daripada meningkatkan keuntungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H