Menurut jurnal Wisata Melukat: Perspektif Air Pada Era Kontemporer yang ditulis oleh I Made Gede Anadhi, bahwa kegiatan berbau spiritual ini rupanya dipandang mampu menjawab kedahagaan Masyarakat Kontemporer Bali akan kebutuhan hakiki hidup mereka. Wisata melukat-pun kemudian menjadi ikon yang dipromosikan lewat berbagai media dan berproses dalam berbagai bentuk sebagai wujud komodifikasi air.
Wisatawan dapat mengikuti upacara tersebut dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Â Kain kamen menjadi syarat yang wajib agar bisa melakukan upacara melukat. Kamen merupakan kain tradisional khas Bali yang bisa digunakan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.Â
Kamen menjadi kain khusus yang biasa dikenakan pada saat melakukan persembahyangan di sebuah pura. Selain itu, kita juga harus meletakan canang di bagian atas dari pancuran yang akan digunakan. Saat prosesi melukat, kita dapat memanjatkan doa. Bagian akhir prosesi melukat adalah dengan menangkup tangan.
Selain itu, para artis juga banyak yang pernah melakukan upacara melukat, salah satunya Pevita Pearce.Â
Dalam akun pribadinya di Instagram, Pevita melakukan melukat ingin menghilangkan rasa trauma dalam hidupnya. Ia mengatakan dalam caption foto tersebut, bahwa ia merasa senang untuk menerima kenyataan dan mengaku ada perubahan dalam dirinya saat melakukan upacara melukat ini.
Nah, bagaimana tertarik dengan ritual penyucian jiwa ini?
Sumber:
Anadhi, I. M. G. (2016). Wisata Melukat: Perspektif Air Pada Era Kontemporer. An1mage.
Rema, N. (2013). Makna Air Bagi Masyarakat Bali. Forum Arkeologi, 109-124.
Seniwati, D. N., & Ngurah, I. G. A. (2020). Tradisi Melukat pada Kehidupan Psikospiritual Masyarakat Bali. VIDYA WERTTA: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia, 3(2), 159-170.