Saya sangat bersyukur karena mendapatkan guru kelas yang sungguh telaten melihat anak didiknya. Ada dua puluh enam anak di kelas anak saya dan setiap hari selalu ada umpan balik yang bisa dibaca anak. Jika ada orangtua yang mengatakan bahwa guru sekolah menjadi tidak bekerja, saya bersyukur mendapatkan guru yang bekerja lebih keras saat masa sekolah daring.Â
Refleksi Pembelajaran
Setiap akhir pekan, ada refleksi yang harus ditulis anak mengenai proses belajarnya selama satu minggu. Dalam refleksi ini, anak diminta untuk menuliskan perasaan mereka saat mengerjakan misi, mengapa mereka merasa begitu, apakah mereka masih secara konsisten memelihara tanaman mereka, dan sebagainya.Â
Mereka juga boleh menuliskan cerita lain. Ide dan aspirasi anak sangat dihargai di sini. Ketika anak saya menulis bumi bisa meledak, gurunya tidak meminta dia untuk tidak berlebihan. Gurunya justru mengafirmasi bahwa apa yang dia tulis benar adanya. Bumi memang bisa rusak jika kita tidak menjaganya.
Untuk kelas anak saya, refleksi ini ditulis dalam minimal lima kalimat dalam huruf tegak bersambung. Mungkin ada yang berkomentar, "Hari gini pakai tegak bersambung." Sebetulnya tujuan lain dari menulis refleksi ini adalah juga melatih kemampuan motorik halus anak.Â
Di kelas anak saya, sebagian besar anak adalah anak yang aktif. Mereka perlu latihan untuk duduk diam dan mengerjakan sesuatu yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Jadi latihan menulis refleksi dengan huruf tegak bersambung ini adalah latihan yang baik bagi mereka.
Koper
Bahkan sebelum sekolah pindah ke sistem daring, SDE Mangunan sudah menggunakan koper atau kotak pertanyaan untuk mengenalkan anak pada keindahan bertanya dan mencari tahu. Setiap minggu, anak diminta menuliskan pertanyaan apapun. Sebagai guru, saya mengalami sendiri bagaimana ada banyak anak tidak tahu apa yang harus ditanyakan.Â
Saya mengajar jenjang SMA dan perguruan tinggi dan seringkali saya menghadapi anak-anak yang tampak bingung ketika saya menerangkan sesuatu, tetapi tidak juga bertanya ketika saya memberi kesempatan mereka bertanya. Saya juga ingat ketika saya masih SMA dulu bagaimana guru memberi kesempatan bertanya tetapi kami tidak tahu harus bertanya apa, sebab kami tidak paham apa yang harus kami pahami dan apa yang belum kami pahami.Â
Dalam proses membuka koper dan mencari jawab, anak-anak terlibat aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan teman bersama-sama. Dalam masa daring ini, proses membantu teman mencari jawaban bisa lewat video, rekaman suara, gambar, ataupun tulisan yang diserahkan lewat grup kelas. Guru kemudian menyimpulkan jawaban anak-anak.Â
Proses mencari jawaban ini ternyata juga menyenangkan. Anak saya lebih sering mencari jawaban lewat YouTube. Dia adalah penutur Bahasa Inggris. Video yang ditontonnya berbahasa Inggris. Saya melihat bagaimana dia berusaha menyampaikan maksudnya dalam Bahasa Indonesia sebab sekolah menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Namun demikian, dia tetap menikmati proses itu.