[caption id="attachment_388041" align="aligncenter" width="300" caption="reluctantoptimist.wordpress.com"][/caption]
anak itu merengut,
menumpuk seribu kekesalan di hatinya
“aku benci sekolah”
pandangan anak itu menohokku
“nilai itu hanya sekedar angka-angka
ijazah itu hanya sekedar kertas belaka
aku benci sekolah”
matanya menembus bola mataku
aku terdiam
“untuk apa aku sekolah?
Burung tidak perlu belajar berenang
ikan tidak perlu belajar terbang
aku tidak harus pandai segala hal”
anak itu merengut,
mengambil alat tulis di depannya
menjemput cerita yang belum selesai
menemukan kisah yang belum pernah di tulis
perlahan senyuman jarang itu muncul
raut anak itu menghentikan hujan di luar sana
menatapku dengan mata berbinar
“aku adalah aku
aku bebas menjadi apa yang aku inginkan
bukan seperti yang orang lain inginkan”
tawa renyah mengikuti perkataan anak itu
bukahkah itu arti masa depan?
Aku menantang mata di depan
cermin tua itu ikut tertawa bersamanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H