2. Dominasi Simbolik dalam Perpajakan
Dominasi simbolik adalah bentuk kekuasaan yang terjadi ketika penguasa memengaruhi cara berpikir, berbicara, dan bertindak orang lain melalui simbol-simbol sosial, seperti bahasa, hukum, dan nilai-nilai budaya. Dalam konteks perpajakan, dominasi simbolik bekerja dengan cara membuat struktur yang tidak adil tampak wajar atau bahkan tak terelakkan.
Bahasa dan Narasi dalam Perpajakan
Bahasa menjadi alat dominasi simbolik yang kuat. Istilah seperti "optimalisasi pajak" digunakan untuk menggantikan "penghindaran pajak" sehingga praktik ini terlihat profesional dan sah. Narasi ini membentuk pemahaman masyarakat bahwa praktik tersebut tidak bermasalah.Legitimasi Ketimpangan Pajak
Ketika perusahaan multinasional atau individu kaya berhasil menghindari pajak menggunakan celah hukum, masyarakat sering kali tidak menganggapnya sebagai tindakan ilegal. Dominasi simbolik melalui institusi-institusi seperti firma hukum dan konsultan pajak menciptakan ilusi bahwa praktik ini sah dan bahkan diperlukan untuk keberlanjutan ekonomi.Pengabaian terhadap Wajib Pajak Kecil
Dominasi simbolik juga dapat meminggirkan suara wajib pajak kecil, yang cenderung diperlakukan dengan lebih ketat dan langsung oleh otoritas pajak. Ketika dominasi simbolik bekerja, wajib pajak kecil sering kali tidak menyadari bahwa mereka adalah korban dari sistem yang lebih besar yang memberikan keistimewaan pada kelompok tertentu.
3. Efek Negatif pada Kebijakan dan Keadilan Pajak
a. Legitimasinya Penghindaran Pajak
Dominasi simbolik melalui doxa membuat praktik penghindaran pajak tampak normal. Misalnya, perusahaan yang mendirikan entitas di negara surga pajak sering kali dilihat sebagai "efisiensi pajak," bukan sebagai penggerusan basis pajak negara asal.
b. Resistensi Publik yang Lemah
Karena doxa membuat masyarakat menerima ketidakadilan tanpa kritik, resistensi terhadap kebijakan pajak yang tidak adil menjadi lemah. Ketika masyarakat tidak menyadari bagaimana mereka dirugikan, sulit untuk mendorong reformasi pajak yang progresif.
c. Reproduksi Ketimpangan Sosial
Dominasi simbolik memastikan bahwa ketimpangan dalam sistem perpajakan terus berlanjut. Orang kaya yang memiliki akses ke konsultan pajak elit cenderung lebih diuntungkan dibandingkan kelas bawah, yang berkontribusi lebih besar secara proporsional terhadap pendapatan pajak.
4. Studi Kasus: Implementasi Doxa dan Dominasi Simbolik
Salah satu contoh konkret adalah implementasi kebijakan pajak dalam konteks perusahaan multinasional di Indonesia: