Mohon tunggu...
Deni Purnomo
Deni Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Abal-abal

Seorang pekerja yang berusaha menjadi mahasiswa disalah satu Universitas swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

NKRI, Belum Sesuai dengan Pandangan Ulama?

11 Agustus 2019   12:46 Diperbarui: 12 Agustus 2019   08:42 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Toko Muslim

7. Membangun sistem kaderisasi sebagai upaya melahirkan generasi islam yang tangguh dan berkualitas.

8. Memberikan perhatian secara khusus terhadap isu dan msalah subtansial tentang perempuan, anak, dan keluarga melalui berbagai kebijkan dan regulasi yang tidak bertentangan dengan agama dan budaya.

Silakan pembaca simak dan cerna sendiri. Berikan pendapat di kolom komentar jika ada.

Penulis hanya akan menandai poin 3.6, jikalau mereka menetapkan poin tersebut sebagai bentuk kritik dan usulan terhadap NKRI dan 4 pilarnya, maka secara tidak langsung atau tidak terang-terangan mereka mengatakan bahwa tersebut adalah tidak sesuai syariat. Apa yang mereka inginkan adalah sebuah negara dengan konstitusi, konvensi, dan tatanan hukum secara keselurahan yang berpedoman pada kitab suci umat islam?

Ingat, jas merah jangan ditanggalkan untuk memahami hal tersebut. Kita perlu mengetahui kebenaran terlebih dahulu, bagaiaman negara ini dibentuk? Bagaimana pilar negara ini disepakati? Serta siapa saja yang berjasa dan darah umat beragama mana saja yang tumpah dan terserap tanah negara ini?

Seperti yang pernah dikatakan oleh ketua PBNU, Marsudi Syuhud, bahwa Pancasila saja sudah sesuai Syariah dan final. Telah disepakati oleh ulama-ulama terdahulu.  Salah satunya adalah KH. Wahid Hasyim.

Jadi, untuk kalian (para pembaca yang setuju dengan NKRI Bersyariah) ada baiknya kalian kaji kembali 5 poin Pancasila dan serta pilar lain dari negara kita, Indonesia. Pengkajian tersebut juga harus berdasarkan pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah terbangun kokohnya negara ini.

Mengutip ceramah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahwa ulama itu memikirkan bangsa dan negaranya, bukan kepentingan kelompoknya. Jadi kita tidak perlu bingung ketika ditanya orang, kenapa kok tidak mendirikan negara Islam? Jawabannya mudah, yaitu tidak wajib hukumnya. Membuat ya bagus, tidak membuat ya sudah. Lah, Indonesia enaknya tidak buat, lah kenapa? Karena banyak macamnya, ada kristen, ada katolik, ada buddha, ada hindu, dan ada konghucu. Nah, itu alasan mendirikan negara, karena kita mempertahankan keragaman, atau kebhinekaan.

Wallahu A'lam!

Menciptakan pandangan dan menyampaikannya sangat dipersilakan, asal tidak melebihi norma, etika, dan hukum berpendapat saja. Namun, untuk agama, lakum diinukum waliiyadiin,  untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku. Tetapi untuk bernegara, Bhinneka Tunggal Ika sudah final.

Semoga asas persatuan tetap tumbuh dan berkambang dalam NKRI, sehingga buah kebhinekaan bisa manis terasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun