Mohon tunggu...
Deni Purnomo
Deni Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Abal-abal

Seorang pekerja yang berusaha menjadi mahasiswa disalah satu Universitas swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rekonsiliasi: Kursi atau Negeri?

4 Juli 2019   19:25 Diperbarui: 4 Juli 2019   19:27 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://bazoekie.blogspot.com/

Bahkan yang dahulu menjatuhkan dengan semangat, sekarang mengatakan,"Kita dahulu adalah teman baik." Apakah karena kecurangan sudah tidak bisa lagi diteriakan, kemudian berencana menyelam sambil minum air?

Tidak usah diambil hati, itu adalah salah satu suudzon dari sudut pandang penulis saja. Benar kata para oposisi dan koalisi, bahwa sekarang yang wajib kita gaungkan adalah nomor tiga, yaitu persatuan Indonesia. Tetapi, apakah kita juga akan melupakannya dengan mudah setelah menggaungkan bersama kalimat tersebut?

Untuk itu, berbeda boleh saja, asalkan dengan cara yang tidak merusak tatanan negara dan sosial. Karena politik adalah siasat dan kebijakan terkait pemerintahan, bukan tentang makar kemudian bengal. Lihatlah wahai masyarakat, para elit telah melunak. Hanya dengan satu kalimat yang terselip dalam pidato, kata curang telah bungkam, kalimat yang menjatuhkan rezim telah diam, dan hoax telah berkurang.

Jadi, apakah pantas perselisihan masih melekat di balik senyum-senyum kita? Kalian lihat, politik adalah mereka yang ingin singgah di kursi yang mewah. Dari seribu manusia, hanya seratus yang kokoh setelahnya dengan pondasi dan pendirian mereka untuk negara.

Lalu, apakah rekonsiliasi yang termaksud adalah tentang bagi-bagi kursi? Apakah setuju jika oposisi mendudukinya? Atau mengegoiskan diri dengan berkata, "Hanya koalisi dan kami yang menang yang boleh menduduki."

Itu bisa kalian jawab dengan pikiran yang tersinkron dengan hati, dengan menimbang dan menyimak apa-apa yang terjadi sebelumnya. Sebab, yang terpenting sekarang adalah kemajuan Indonesia, perdamaian Indonesia, yaitu dengan bersinergi bersama pemerintahan yang sah.

Kita adalah kita, kita adalah Indonesia!

Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun