Seandainya sebelum aku terlahir ke bumi ini diberi kesempatan meimilih
Aku akan terlahir dari tanganMu dengan cara menjatuhkan diri seperti biji bjian yang ditanam, maka tumbuh sebagai pohon yang hijau akar yang kuat dan bunga yang merah.
Tapi seperti inilah memang semestinya manusia memiliki jalan hidupnya,
Tuhan selalu tahu bagaimana mempunyai guratan luka yang baik,
Yang setelah itu berbuah menjadi bunga yang ada di antara taman surga seluas dada orang-orang yang pengasih hatinya.
Dari arah mata ini: jendela yang disapu angin, dan sebilah air hujan yang menetes
Aku sedang menunggu rembulan Dan matahari kuning keemasan tumbuh dari tubuhku
Ia bernama fajar yang sering didongengkan para penyair sebagai perempuannya
Hai kau yang suka menuruni punggungku? Aku: pengantinmu
Disini: didada ini ada ladang dimana kita menanam beberapa tempat yang ingin kita jadikan sebagai tempat pertemuan, sebagai kebersamaan yang mempunyai kehendak.
Sebagai milikku.
Kepada yang bernama Hidup
Kematianlah yang sering berjalan kecil menuju kita
Sebuah hari dan waktu dimana kamu akan membayangkan kekasihmu
Dimana kamu akan tiba2 dihadapkan langsung dengan wajahnya
Seperti halaman rumah yang terbuka, ya…seperti itu rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H