Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Singgah di Sunggah, Bikin Rasa Syukur Bertambah

25 Desember 2017   15:23 Diperbarui: 25 Desember 2017   17:03 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                Air Terjun Sunggah ( Dokomentasi Pribadi)

Ketika mendapat undangan resepsi pernikahan yang berlokasi di Kecamatan Ngrayun Ponorogo, saya dan rombongan menyusun agenda "lain" untuk dilaksanakan setelah acara kondangan. Mumpung berada di daerah pegunungan,  sekalian saja mampir ke tempat wisata. Acara silaturahim  harus dilanjut travelling, begitu tekat kami.

Dan pilihan kami jatuh kepada lokasi air terjun Sunggah. Sebuah lokasi wisata baru yang mulai naik daun. Kebetulan tempat resepsi dan air terjun Sunggah berada di desa yang sama. Tetapi jangan tanya bagaimana medannya ya?   Khas daerah pegunungan. Tanjakan dan turunan sepanjang perjalanan. Kami harus memilih driver  khusus untuk perjalanan  ini. Karena katanya, hanya mereka yang sudah mengenal dan paham lokasi lah yang mampu membawa penumpang sehat, selamat sampai tujuan dan balik lagi ke tempat asal.

Ngrayun, sebuah kecamatan di ujung selatan Kabupaten Ponorogo. Sebagian besar wilayahnya adalah daerah pegunungan terletak pada 81'39"S dan 11128'1"E serta ketinggian kurang lebih 700 meter diatas permukaan air laut dengan luas wilayah 184,76 km, sekitar 46 Kilometer dari IbukotaKabupaten Ponorogo.

******************

Jarum jam memunjukkan pukul 9.30 waktu Ponorogo, ketika kami memasuki  Ngrayun. Tampaknya kabut sedang turun. Lumayan pekat. Deretan pohon di pinggir jalan, hanya  samar-samar terlihat. Begitu pula indahnya area persawahan terasering, tak begitu jelas tertangkap kamera, saat kami mengabadikannya.

pinus-sunggah-5a40aa42cf01b4262f0d9e64.jpg
pinus-sunggah-5a40aa42cf01b4262f0d9e64.jpg
                                                                                                                                          Dokumentasi Pribadi

Mobil yang menyusuri jalan berkelok-kelok, naik turun, membuat kami sedikit tegang. Ditambah kondisi berhimpitan  duduk diantara ibu-ibu ber-size L dan XL  , mohon ampun my bray dan sist,    hehehe  .   Kondisi jalan membuat tubuh tertarik dan terdorong ke kiri kanan, maju mundur. Terhimpit tapi tak bisa diam. 

Mendekati tempat tujuan, lelah dan pegal mulai terasa. Turun dari kendaraan, punggung dan kaki berontak minta diregangkan setelah 'terpenjara' dalam himpitan body-body maxi  selama sekitar 2  jam. Bunyi gemeretak dari sendi-sendi, menurut saya  menandai terbebasnya raga dari suasana tak merdeka, hahahaha.

Memasuki arena resepsi, kami harus menyusuri jalan kecil menanjak  sekitar 100 meter yang agak licin karena tanah basah sehabis hujan. Ini perjuangan juga lho.. Mengapa? Karena ibu-ibu mengenakan busana resmi, lengkap dengan selop hak tinggi. Maka ekstra hati-hati dan saling dengan berpegangan adalah strategi penyelamatan yang ampuh.

Suara sound system bervolume kencang menyambut kedatangan para tamu. Terdengar suara penyanyi electone tunggal dengan lagu-lagu dangdut koplo yang dipopulerkan Nella Karisma dan Via Vallen. Resepsi dengan model piring terbang, bukan prasmanan, mengharuskan tamu duduk manis sepanjang acara berlangsung. Sekitar 2 jam lamanya! Pegal linu selama perjalanan  bertambah dosis nya karena kelamaan duduk (lagi).

Hidangan yang  dibagikan para peladen ( penyaji makanan) langsung kandas di tangan para pemilik perut yang kelaparan, lelah, dan kedinginan . Petama, bakso sebagai makanan pembuka. Disusul nasi sambel goreng daging, telur rebus bumbu pecok dan acar wortel mentimun. Es podeng menjadi penutup nya.

*****************

Acara resepsi usai. Kami menuju ke musholla di ujung gang. Tujuan utama, sholat dhuhur. Lalu berganti baju dengan pakaian kasual,  sandal jepit dan oleskan Geliga Krim.  Khusunya pada lutut, betis dan pergelangan kaki. JalanAsikGeliga, jalan-jalan asik bersamaGeliga Krim.

Siasp-siap berangkat ke Sunggah yang lokasi nya lebih tinggi  lagi.  Medannya tidak mudah, tetapi bersama Geliga Krim kami yakin bisa melaksanakan JalanAsikGeliga dan BebasPegal.Kami harus bebas pegal, bebas kemana saja.

Rombongan bergerak, melintasi perbukitan, ladang dan persawahan. Selain pertanian padi, warga Ngrayun juga menanam Jahe, Kunyit, Ketela, Jagung dan tanaman produktif lain, Semua tampak ijo roro-royo.

Di Ngrayun, masih ada rumah warga yang full terbuat dari kayu dan gedhek (anyaman bambu) tanpa tembok bata sama sekali. Si Mbah dan Mbok-Mbok hanya mengenakan pakaian dalam (saja) pada bagian atas dan kain / jarik di bagian bawah. Itulah keseharian mereka. Asing dan unik untuk kita, tetapi lumrah bagi mereka. Saya bersyukur, memiliki kehidupan yang relatif lebih baik. Tersentuh peradaban dan teknologi, sehingga dapat mengikuti perkembangan jaman dan pengetahuan secara lebih baik pula.

rumah-gedek-2-5a40b03e5e1373255e3fbe34.jpg
rumah-gedek-2-5a40b03e5e1373255e3fbe34.jpg
                                                                                                                                             Dokumentasi Pribadi

Sampai di Sunggah, kami harus berjalan kaki sejauh 200 meter. Naik turun dan berkelok. Capek?  Berhenti sejenak, oleskan Geliga Krim untuk mengusir pegal yang mulai  menyerang. Oles, pijit pelan-pelan, biarkan sebentar, rasa hangat meresap dan melemaskan otot yang kaku. Perjalanan dilanjutkan lagi.

Geliga Krim diformulasikan khusus sebagai obat gosok untuk membantu meredakan nyeri otot dan sendi seperti: nyeri akibat pukulan / memar, keseleo, dan nyeri otot pada punggung. Mengandung Methyl Salicylateyang memang diindikasikan untuk perawatan otot,  sakit punggung, sakit tulang atau otot dan radang sendi.

***********

Suara gemuruh air terjun semakin jelas. Menurut warga , suara air terjun Sunggah terdengar hingga radius 3 - 4 kilometer, terutama pada pagi subuh.  Kok bisa ya? Rupanya, tepat di bawah tempat jatuhnya air, terdapat bebatuan lumayan besar. Aliran air  menghantam keras bebaatuan, menghasilkan suara  keras pula. Tak hanya itu, air terjun Sunggah juga memunculkan uap mengepul dari pertemuan air dengan permukaan batu.

Lokasi tempat kami berdiri, kurang lebih sejajar dengan titik tertinggi air terjun. Tetapi terpisah  jurang luas dengan kedalaman sekitar 40 -- 50 meter. Di dalam jurang ,  terdapat sungai  bersebalahan dengan persawahan. Memandang sesuatu yang indah dan merasa tenang, itulah pengalaman kami di Sunggah.

Ada beberapa tanaman perdu yang unik dan menarik. Sungguh di Sunggah terhampar keindahan karya Sang Maha Pencipta. Salah satu nya, daun yang memiliki tekstur permukaan yang unik, pola rumit, tetapi sangat cantik. Entah apa nama nya. 

godong-sunggah-5a40afc0caf7db2c1025de32.jpg
godong-sunggah-5a40afc0caf7db2c1025de32.jpg
                                                                                                                                Dokuemntasi Pribadi

Guna memberi akses pengunjung melihat lebih dekat ke titik air terjun,   dibuatkan jembatan selebar 1 meter sepanjang sekitar 25 meter. Karena  di atasnya terdapat tebing atau bebatuan yang menjorok, maka batu cadas tersebut harus dilubangi agar dapat dilewati. Lalu masyarakat menyebutnya dengan "watu brobos" , atau batu yang bisa dilalui / diterobos.

batu-brobos-5a40b44316835f268d4d9ac3.jpg
batu-brobos-5a40b44316835f268d4d9ac3.jpg
                                                                                                                                         Dokumentasi Pribadi

Puas menikmati suasana alam di Sunggah, saatnya kembali ke rumah. Tetapi rupanya jalan pulang pun tak mudah. Tanjakan dan turunan kembali dilalui. Tetapi tenang, ada Geliga Krim. Berhenti sejenak, oleskan Geliga Krim, minum air putih dan siap melangkah lagi.

Travelling memang menyenangkan, tetapi hampir selalu satu paket dengan rasa lelah dan pegal. Baik karena perjalanan maupun ketika menaklukkan medan. Tetapi berkat Geliga Krim, acara jalan-jalan tetap bisa berjalan.

Jangan kalah oleh pegal, ada Geliga Krim yang dapat diandalkan. Kurang handal apa lagi coba? Bukti bahwa Geliga Krim ampuh mengatasi pegal, telah menjadi pengalaman banyak orang. Dan Geliga kembali meraih TOP BRAND AWARD 2017 sebagai balsam dan krim terpercaya untuk mengatasi masalah pegal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun