Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Blog Competition, Umpan Kail Memancing Penulis

18 November 2017   21:26 Diperbarui: 19 November 2017   13:57 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebuah gagasan dibangun dan dilahirkan manusia, ia tetap saja  akan hanya menjadi gagasan  yang tidak memiliki manfaat apapun, manakala  tidak ditulis (diikat dengan tulisan)."

-Aguk Irawan, MN.-

Salah satu event dalam Kompasiana yang banyak diminati Kompasianers  adalah Blog Competition (saya singkat BC). Sebuah kompetisi menulis yang diselenggarakan Kompasiana (biasanya) bekerja sama dengan pihak ketiga. Klien atau sponsor. BC Kompasiana umumnya mengangkat tema / mengulas produk tertentu, dengan syarat tertentu dan imbalan tertentu pula, untuk artikel dengan penilaian terbaik.

BC Kompasiana inilah yang beberapa bulan lalu, sukses membuat saya termakan umpan, terpancing untuk kembali menulis. Demi apa? Ummm.., demi menyalurkan hobi, demi menjajal kemampuan, demi mengisi waktu luang, dan demi hadiahnya! ( haha, saya jujur lho... hari gini, masak peluang mendapat duit halal ditolak ?)

Melihat banyaknya peserta  BC Kompasiana, ada keyakinan bahwa pengalaman terpancing  menulis untuk ikut lomba, bukan hanya pengalaman saya seorang. Buktinya, setiap kali event digelar, selama periode lomba, hampir tiap hari ada peserta mengirmkan artikel. Apalagi menjelang penutupan atau hari terakhir lomba, wah  bisa berjubel pesertanya.

Beberapa kali saya lihat, meskipun  jumlah Kompasianer  sampai saat ini telah mencapai lebih dari 250.000, tetapi peserta aktifnya orang-orang yang sama.  Juara nya pun,  kadang-kadang juga kompasianer yang sama.  Lha iya,  langganan kok juara??  Mbok iya langganan bakso, sate atau sayur...   hitung-hitung berbagi rejeki kepada para pedagang.    ( pada titik ini, aroma sirik tanda tak mampu,  sangat terasa ya? Wkwkwk...)  

Lalu, siapakah mereka, para pemenang itu? Banyak, lah....  Tetapi yang jelas,  bukan saya!!   *Raih tisu, sesenggukan, hiks hiks*  

Don't worry pemirsah, tidak ada suudzon disini. Saya yakin teknik penjurian BC Kompasiana berjalan sesuai SOP yang tertulis pada artikel : Begini Cara Kami Menilai Karya Lomba di Kompasiana. Bahwa Dewan Juri BC Kompasiana selalu menjaga objektifitas juri maupun profesionalitas tim dengan menjunjung tinggi kejujuran. Apalagi telah dietapkan parameter penilaian  artikel peserta BC Kompasiana .  Semakin yakin dan percaya bahwa artikel yang memenangi lomba memang tulisan yang terbaik diantara yang baik.

Seperti ini parameter penilaian artikel BC Kompasiana.

prosentase-5a1037cc63b24878e50831f2.png
prosentase-5a1037cc63b24878e50831f2.png
Dan saya tidak terlalu lama kecewa kok.  Karena  ada  hal lain yang bisa menghibur saya, yaitu beberapa artikel diganjar status Highlight dan Headline.

Satu lagi obat pereda nyeri eh  sedih, karena menulis di Kompasiana, meskipun lebih sering demi kompetisi blog, kini orang kampung sudah mulai mengenal saya sebagai penulis!!   (kibas rambut, byusss). Sebuah cita-cita masa kecil yang pernah saya sampaikan dengan lantang kepada ibu guru dan teman-teman SD beberapa tahun silam.

Ini resep pribadi saya, tidak ada anjuran sedikit pun  untuk menirunya,  anytime anywhere. Menuangkan ide dalam tulisan dan  mengirimkan ke Kompasiana, saya ibaratkan sedekah. Yang kata orang nih, maaf sekali lagi maaaaf, selayaknya orang buang hajat. Berasa lega dan enteng  adalah tujuan utama, dan selalu ikhlas tak pernah meminta imbalan atas apa yang telah dibuang.  Jika ada imbalan, anggap saja hal itu bonus. Ih, ilustrasinya jorok ya?  Tapi filosofi nya kena,  kan?

Blogcompetition,  Menggali Ide dan Melatih Disiplin

Banyak orang yang memiliki gagasan atau ide. Mungkin setiap hari muncul berbagai ide dalam benak, termasuk di dalam kepala para penulis. Tetapi ketika gagasan itu dibiarkan tanpa diwujudkan atau minimal dituangkan dalam tulisan, maka ia hanya akan menjadi seonggok benda yang terseret derasnya arus gagasan lain.  Dan akhirnya terselip entah dimana.

Bagi pendatang baru seperti saya, perlu dorongan ekstra untuk berani menuangkan ide, menyusun tulisan dan membagi nya kepada orang lain/pembaca. Salah satu pendorongnya adalah Blog Competition yang selain menjadi pemacu, juga menjadi penuntun arah tulisan.

Bagaiaman tidak dituntun? Lha wong   syarat dan mekanisme  lomba sedemikian lengkap dan ketat. Misalnya : tema tulisan ditentukan,  sumber artikel disebutkan yaitu pengalaman pribadi atau kisah orang lain, panjang tulisan dibatasi,  dipandu menghiasi artikel dengan pernak-penik agar lebih menarik : pemuatan gambar produk,  kata kunci tertentu,  hyperlink , label,  dan satu lagi, batas akhir / deadline pengiriman blog.

Poin-poin ini sangat membantu penulis pemula agar tidak ngelantur  semau nya. Karena dengan mematuhi aturan yang dibuat panitia, penulis akan berusaha disiplin, patuh pada aturan. 

Sepakat dengan pendapat Aguk Irawan MN, dalam buku Cara Asyik Menjadi Penulis Beken ( 2008),   dalam menulis setidaknya butuh :

  • Ide / gagasan
  • Cara Berpikir Sitimatis
  • Data ( bila diperlukan)
  • Fokus Pada Masalah

Teknik menggali ide dan melatih disiplin menulis melalui BC Kompasiana ini, akhirnya akan terbawa dalam keseharian. Otak yang terbiasa "dipancing"  oleh BC Kompasiana, lama-lama terampil dan  secara reflek tergerak setiap kali melihat, mengetahui dan mengalami peristiwa tertentu. Untuk kemudian menjadi sumber / tema tulisan.

Motifasi menulis tak lagi hanya demi  BC Kompasiana, tetapi demi menjadi manusia yang lebih bermanfaat. Bermanfaat dengan cara menebar ide, ilmu, pengetahuan, motivasi, dan hal menarik lain melalui tulisan. Itulah kenangan saya dalam  "9thKompasiana" .

Salam.

Sumber :

Kompasiana official, begini cara kami menilai karya lomba

Aguk Irawan MN,  Cara Asyik Menjadi Penulis Beken, Arti - Bumi Intaran, 2008.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun