Mohon tunggu...
Nimahtun Nadhiroh
Nimahtun Nadhiroh Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi IAIN JEMBER 2018

Semangat yuk🌸😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Aku

30 Juni 2020   16:59 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak sengaja tulisan ini aku buat untuk memenuhi tugas sekolah di MAN waktu itu, 

Aku beda..

Bagaimana rasanya punya ibu? Entahlah Aku tak pernah merasakan hal itu . Aku tak punya ibu, Aku hanya punya ayah yang sangat menyayangiku. Ayah mengapa Aku tak punya Ibu? Ibu dimana? Itulah pertanyaanku dua belas tahun yang lalu kepada ayah, tapi ayah hanya tersenyum kepadaku dan memelukku. Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Saat Aku tanya soal ibu ,Ayah tak pernah menjawab. Ayah hanya diam membisu.

 Suatu ketika saat pertama masuk sekolah di Madrasah Ibtidaiyah,  banyak sekali teman- temanku yang diantar dan ditemani oleh ibunya berbeda denganku , Aku sendiri yang tanpa ibu tapi bersama ayah. Sekali-kali ku coba bertanya kepada ayah . "Ayah dimana ibuku?"Ayah masih tetap tersenyum dan memelukku. Aku tambah bingung kenapa ayah selalu melakukan itu.

Saat bermain di taman bersama ayah , Aku melihat salah satu temanku bermain bersama ibunya dan Aku tiba tiba menangis melihat itu. "kenapa Aku tak pernah merasakan hal itu Ayah! Ayah, dimana ibuku?"kataku sambil merengek

"Nak kamu jangan sedih kamu punya ibu, tetapi ibumu sedang Naik Haji."kata Ayah sambil tersenyum

Betapa bahagianya Aku saat ayah memberitahukan tentang keberadaan ibu dan ternyata Aku punya ibu. Rasa iriku kepada teman-teman mulai hilang ketika mendengar kabar itu. Tapi rasa percaya itu mulai pudar. Beberapa tahun kemudian, Aku mulai sadar jikalau ibu Naik Haji kenapa sampai saat ini ibu belum pulang? Sebenarnya ibu dimana ? tanyaku dalam hati

Saat malam datang Aku menunggu ibu pulang, Aku menanyakannya pada ayah mengapa ibu tak juga pulang. Dan ayah selalu berkata besok ibu akan pulang. Setiap malam aku selalu berdoa dan berharap agar ibu cepat pulang.

Beberapa bulan aku selalu melakukan hal yang sama, tetapi ibu tak pulang- pulang. Aku sadar mungkin ibu tak sayang lagi kepadaku. Aku menangis terisak , Ayah pun memelukku.

"Ayah, kenapa Ayah bohong padaku ? kata Ayah ibu akan pulang hari ini tapi mana ! sambil membentak ayah

"Sabar sayang, sebentar lagi ibu datang" ujar ayah sambil mengelus rambutku

Ku tunggu kepulangan ibu tapi sampai saat ini ibu tak  pulang juga . Aku mulai marah kepada ayah. Ayah hanya berbohong kepadaku, tetapi kemarahan itu tidak berlanjut. Pada saat itu ayah berjanji bahwa besok aku akan diajak bertemu ibu mungkin karena ayah kasihan padaku.

Keesokan harinya, Ayah mengajakku bertemu dengan ibu. Ketika kami sampai di suatu tempat yang sepi, tiba-tiba ayah berhenti dan berjongkok di bawah gundukan tanah yang ada batu nisannya.

"Ayah kenapa aku diajak kesini? Bukankah Ayah akan mengajakku bertemu dengan ibu?"tanyaku penasaran

"iya ini kita sudah bertemu dengan ibu"jawab ayah terlihat sedih

"Tapi ibu dimana? Dia tidak ada disini?"tanyaku bingung

"Tidak sayang, Ibu disini, Ibu telah bahagia di surga"kata ayah sambil meneteskan air mata

"Ibu di surga ? Ibu ngapain disana? Aku tak tau kapan ibu berangkat ke surga? "tanyaku penasaran

"ibu sudah mendahului kita, ibumu sudah tenang disana, ibu sedang tersenyum kepada kita" kata ayah sambil memelukku

Sepulang dari tempat itu , tiba- tiba ayah memberikan sebuah album foto kepadaku. Tak terasa saat kubuka album itu, tetesan air mata rindu yang mengalir seakan tak mau berhenti. Ketika aku menatap foto  yang penuh noda dan kusam di dalam album. Ku sentuh foto itu, semakin ku resapi rindu itu, semakin deras aliran air di pipiku.

 Dan akhirnya , Aku tau semuanya . ternyata ibu yang melahirkan aku sudah tiada . Ibu sudah pergi meninggalkanku dan ayahku ketika Aku masih kecil, dan Aku baru saja mengetahui hal itu. Hanya foto kenangan dari ibu.

Suatu ketika , tiba-tiba aku merindukan ibu . Aku menatap wajahnya di foto. Begitu cantik wajah ibu, dan senyumnya manis bak madu. Aku terbayang akan kasih sayang seorang ibu, tapi aku tak mungkin bisa merasakannya.

Beberapa tahun kemudian saat Aku berumur tujuh belas tahun, Aku merasa lelah hidup. Aku merasa tidak bisa hidup sendiri , Aku butuh seseorang yang bisa merawatku dan Ayah. Aku belum bisa untuk mandiri. Ku beranikan diri untuk berbicara kepada Ayah

"Kenapa Ayah tidak menikah lagi saja?" Tanyaku kepada ayah

"Kenapa kamu berbicara seperti itu , Nak? . Maaf Ayah tidak akan pernah melakukan hal itu?" jawab ayah

"Mengapa Yah? Apakah Ayah mencintai Ibu?"tanyaku penasaran

"Ayah sangat mencintai Ibumu Nak , dia adalah cinta pertama Ayah dan itu alasan ayah tidak menikah sampai saat ini" ujar ayah

Betapa besar cinta ayah kepada ibu. Ayah selalu kuat menghadapi hidup sendiri tanpa ibu, bagiku Ayah adalah segalanya buat Aku. Tanpa beliau mungkin aku tidak bisa kuat seperti ini. Banyak sekali hal-hal baik yang diajarkan ayah kepadaku. 

Ayah adalah sosok yang sangat  tabah, beliau juga tak pernah mengeluh atas cobaan hidup, Ayah sangat menyayangi ibu sampai- sampai saat ini ayah tidak menikah.

Nama: Nimahtun Nadhiroh
Absen: 26
#TugasBIXIAGAMA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun