Mohon tunggu...
Nimahtun Nadhiroh
Nimahtun Nadhiroh Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi IAIN JEMBER 2018

Semangat yuk🌸😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Aku

30 Juni 2020   16:59 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku tunggu kepulangan ibu tapi sampai saat ini ibu tak  pulang juga . Aku mulai marah kepada ayah. Ayah hanya berbohong kepadaku, tetapi kemarahan itu tidak berlanjut. Pada saat itu ayah berjanji bahwa besok aku akan diajak bertemu ibu mungkin karena ayah kasihan padaku.

Keesokan harinya, Ayah mengajakku bertemu dengan ibu. Ketika kami sampai di suatu tempat yang sepi, tiba-tiba ayah berhenti dan berjongkok di bawah gundukan tanah yang ada batu nisannya.

"Ayah kenapa aku diajak kesini? Bukankah Ayah akan mengajakku bertemu dengan ibu?"tanyaku penasaran

"iya ini kita sudah bertemu dengan ibu"jawab ayah terlihat sedih

"Tapi ibu dimana? Dia tidak ada disini?"tanyaku bingung

"Tidak sayang, Ibu disini, Ibu telah bahagia di surga"kata ayah sambil meneteskan air mata

"Ibu di surga ? Ibu ngapain disana? Aku tak tau kapan ibu berangkat ke surga? "tanyaku penasaran

"ibu sudah mendahului kita, ibumu sudah tenang disana, ibu sedang tersenyum kepada kita" kata ayah sambil memelukku

Sepulang dari tempat itu , tiba- tiba ayah memberikan sebuah album foto kepadaku. Tak terasa saat kubuka album itu, tetesan air mata rindu yang mengalir seakan tak mau berhenti. Ketika aku menatap foto  yang penuh noda dan kusam di dalam album. Ku sentuh foto itu, semakin ku resapi rindu itu, semakin deras aliran air di pipiku.

 Dan akhirnya , Aku tau semuanya . ternyata ibu yang melahirkan aku sudah tiada . Ibu sudah pergi meninggalkanku dan ayahku ketika Aku masih kecil, dan Aku baru saja mengetahui hal itu. Hanya foto kenangan dari ibu.

Suatu ketika , tiba-tiba aku merindukan ibu . Aku menatap wajahnya di foto. Begitu cantik wajah ibu, dan senyumnya manis bak madu. Aku terbayang akan kasih sayang seorang ibu, tapi aku tak mungkin bisa merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun