Mohon tunggu...
Nila Rohana
Nila Rohana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Literasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penggunaan Undha-Usuk Basa Jawa dalam Komunikasi di Kalangan Siswa SD

3 November 2024   15:29 Diperbarui: 3 November 2024   15:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Penggunaan Undha-Usuk Basa Jawa dalam Komunikasi dikalangan Siswa SD

Nila Rohana

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Indonesia

Email: nilarhns@gmail.com

Bahasa Jawa adalah Salah satu warisan budaya yang penuh dengan nilai-nilai dan etika yang. Salah satu aspek penting dalam bahasa jawa adalah undha usuk yaitu tata krama berbahasa yang mencerminkan penghormatan dan kesopanan dalam berkomunikasi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menetapkan ketentuan untuk pendidikan di Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan potensi siswa sehingga Mereka menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak baik, sehat, berilmu, terampil, kreatif, dan mandiri. Undha-usuk ini mencakup berbagai tingkatan bahasa yang digunakan sesuai dengan status sosial, usia, dan situasi komunikasi. Di era globalisasi dan modernisasi saat ini, penggunaan bahasa khususnya undha usuk mulai mengalami penurunan, terutama di antara generasi muda. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain masukknya budaya asing, kurangnya kebiasaan menggunakan basa jawa di dalam lingkungan keluarga, serta metode pengajaran yang kurang efektif di sekolah Bhakti (2020). Pentingnya pengajaran undha usuk bahasa Jawa di sekolah dasar (SD) tidak hanya untuk melestarikan bahasa dan budaya Jawa, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa yang santun dan beretika. Melalui pembelajaran undha usuk, siswa dapat belajar menghargai orang lain, memahami hierarki sosial, dan berkomunikasi dengan lebih baik.

Basa Jawa adalah salah satu pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA. Bahasa Jawa, sebagai salah satu elemen kebudayaan nasional, dilindungi oleh negara. Sebagai bahasa daerah, Bahasa Jawa berfungsi sebagai simbol kebanggaan dan identitas lokal, serta sebagai sarana komunikasi dalam keluarga dan masyarakat setempat. Selain itu, terkait dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa berperan sebagai pendukung bahasa nasional, digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah di daerah, dan membantu memperlancar pembelajaran bahasa Indonesia    Sundari & Sumartono (2020). Dalam masyarakat Jawa, terdapat pengelompokan dialek sosial atau tingkat tutur, yang dikenal sebagai Undha-usuk atau unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa. Tingkat berbicara ini menggambarkan beragam dalam penggunaan bahasa, di mana perbedaannya ditentukan oleh pandangan penutur dan hubungannya dengan lawan bicara. Undha-usuk dalam basa Jawa adalah norma kesopanan, kesopanan, norma sosial, dan tata perilaku dalam berbahasa jawa. Aspek ini bukan hanya mencakup cara berbicara, tetapi juga berhubungan dengan perilaku dan tindakan.

Menurut Rizki Amalia Sholihah (2020) Bahasa Jawa memiliki konsep tingkat tutur atau speech level. Tingkat berbicara dalam basa jawa sangat terkait dengan penggunaan tatanannya, yaitu tingkat ngoko dan krama. Struktur hirarkis ini juga dikenal sebagai undha-usuk. Istilah hierarkis merujuk pada susunan tingkatan dari atas ke bawah atau sebaliknya. Oleh karena itu, hirarki dalam bahasa jawa adalah susunan bahasa yang teratur dari atas ke bawah atau sebaliknya.

Menurut Nawangsari et al., (2023) Undha-usuk berarti tingkatan yang menunjukkan penggunaan basa jawa dalam komunikasi dapat meningkatkan nilai moral dan maknanya. Kata yang awalnya digunakan harus diganti dengan kata lain yang lebih sesuai ketika suasana komunikasi beralih ke konteks moralitas yang lebih tinggi. Undha-usuk basa adalah salah satu variasi dalam basa jawa yang disesuaikan dengan tingkat tuturnya.

Menurut teori interaksionisme simbolik, penggunaan undha-usuk basa jawa di sekolah dasar sebagai bahasa dalam berkomunikasi merupakan penerapan bahasa daerah sebagai sarana komunikasi di antara anggota masyarakat di jawa. Undha-usuk basa jawa dalam basa jawa adalah salah satu kemampuan berbicara yang ditingkatkan dalam kurikulum muatan lokal bahasa daerah di Jawa. Keterampilan berbicara yang memanfaatkan undha-usuk sebagai alat komunikasi sangat efektif bagi siswa sekolah dasar dan dapat meningkatkan sikap saling menghargai serta sopan santun di antara peserta didik.

Penggunaan undha-usuk bahasa jawa untuk komunikasi di sekolah dasar cukup efisien dengan kelebihannya. Undha-usuk bahasa jawa sagat efisen jika digunakan sebagai alat komunikasi dikalangan siswa sekolah dasar. Menurut Nugraha et al., (2021) menyebutkan kelebihan dari pembelajaran undha-usuk bahasa jawa, yaitu:

1. Berfungsi sebagai media pilihan dalam pengajaran bahasa jawa.

2. Membantu peserta didik dalam mempelajari unggah-ungguh dalam basa jawa, 

3. Alat pendukung siswa untuk belajar mandiri, 

4. Praktis untuk digunakan di sekolah maupun di rumah,

5. Menarik dan mampu memotivasi siswa dalam mempelajari unggah-ungguh basa jawa.

Undha-usuk bahasa jawa merupakan sistem yang bertujuan sebagai peraturan cara seseorang berkomunikasi dengan sopan dan beradab kepada orang lain. Sopan dan beradab berarti sesuai dengan keadaan penutur, situasi komunikasi, tujuan berbicara, dan pesan yang disampaikan. Sistem ini umumnya dikenal sebagai komponen tutur atau konteks tutur. Masyarakat tutur jawa menyebut hal tersebut micara manis atau manut empan-papan lan wektu kelakone Sumiyardana, dkk.,  (2016:17) . Undha-usuk dalam Bahasa Jawa juga dapat dianggap sebagai aturan komunikasi yang memastikan proses komunikasi berjalan dengan lancar dan tidak menyebabkan perasaan tidak nyaman akibat kesalah pahaman, baik perilaku maupun dalam isi yang disampaikan disampaikan. Menurut Fatmawati & Wiranti (2023) ada dua indikator dalam faktor bahasa yang mempengaruhi kesulitan berbicara undha-usuk dalam bahasa jawa, yaitu:

1. Indikator penggunaan bahasa 

a. Guru tidak menerapkan undha-usuk dalam komunikasi di kelas. 

b. Guru tidak membiasakan siswa untuk berbicara menggunakan undha-usuk saat berinteraksi dengan teman-teman. 

c. Orang tua tidak membiasakan berkomunikasi menggunakan undha-usuk di rumah. 

d. Orang tua tidak mengajarkan undha-usuk kepada anak-anak mereka.

2. Indikator kenguasaan kosakata 

a. Orang tua tidak memperbaiki kata atau ucapan anaknya jika terjadi kesalahan dalam berbicara undha-usuk kepada orang yang lebih tua. 

b. Orang tua tidak menanyakan kesulitan anak dalam belajar undha-usuk bahasa Jawa.

Kesimpulan dari pemahaman mengenai struktur bahasa adalah bahwa hal ini akan mempermudah komunikasi dari sudut pandang etika dan budaya. Unsur-unsur kearifan lokal sering kali muncul dalam bentuk ungkapan bahasa lisan. Norma komunikasi dalam budaya jawa berfungsi sebagai penggalian nilai kearifan lokal untuk memperkuat identitas diri dan kepribadian bangsa. Dalam upaya membina budi pekerti yang budi pekerti yang mulia atau akhlaqul karimah, nilai-nilai kearifan lokal ini harus dijadikan bahan ajar di semua institusi pendidikan, baik formal maupun informal.


Daftar Pustaka

Bhakti, Wirayudha Pramana. 2020. “Pergeseran Penggunaan Bahasa Jawa Ke Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Keluarga Di Sleman.” Jurnal Skripta 6(2): 28–40.

Fatmawati, Yuyun, and Dwiana Asih Wiranti. 2023. “Analisis Kesulitan Keterampilan Berbicara Unggah-Ungguh Bahasa Jawa Siswa Sekolah Dasar.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 5(5): 2053–63.

Kustri Sumiyardana, Shintya, Inni Inayati Istiana, Sutarsigh. 2016. Buku ajar “Etika Jawa Dalam Novel Indonesia.” : 132.

Nawangsari, Fika, Septiyati Purwandari, and Muh Syauqi Malik. 2023. “Piwulang : Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa Peningkatan Ketrampilan Undha-usuk Basa Melalui Implementasi Model Pembelajaaran Bermain Peran Pada Siswa Kelas IV.” Piwulang 11(2): 192–206. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/piwulang.

Nugraha, Adi, Suyitno, and Fajar Cahyadi. 2021. “Media Efektif Dalam Pembelajaran Unggah-Ungguh.” Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Humaniora 5: 29–34.

Rizki Amalia Sholihah. 2020. “Tingkat Tutur Bahasa Jawa Mahasiswa Insuri Ponorogo.” 4(32): 615–20.

Sundari, Asri, and Sumartono. 2020. “Relevansi Sosial Bentuk Undha-Usuking Bahasa Jawa Dengan Budi Pekerti Dalam Era Globalisasi.” Humaniora Dan Era Disrupsi 1(1): 314–19. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/issue/view/1031.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendikan nasional Pengaturan mengembangkan potensi siswa sehingga mereka menjadi individu yang beriman, bertakwa, berakhlak baik, sehat, berpengetahuan, terampil, kreatif, dan mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun