CONTOH KASUS
Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Indonesia
      Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa tidak seimbangnya antara supply dan demand dapat menyebabkan krisis. Di Indonesia, pembatasan sosial menyebabkan penurunan konsumsi rumah tangga dan investasi, yang berdampak pada kontraksi ekonomi sebesar -5,32% pada kuartal II 2020. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
      Langkah-langkah dalam program PEN mencerminkan teori milik Keynes, antara lain:
1. Bantuan Sosial Tunai (BST) untuk menjaga daya beli masyarakat, trutama kelompok rentan
2. Insentif untuk UMKM guna mendorong kelangsungan usaha kecil yang terdampak pandemi
3. Belanja Infrastruktur yang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan konsumsi rumah tangga.
      Dari perspektif Islam, kebijakan ini sejalan dengan prinsip keadilan ekonomi, terutama karena bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terdampak pandemi. Namun, penting untuk memastikan distribusi yang tepat dan transparansi dalam pelaksanaannya.
MENGINTEGRASIKAN TEORI MILIK KEYNES DENGAN EKONOMI ISLAM DALAM KEBIJAKAN MODERN
      Di tengah tantangan ekonomi global saat ini, teori Keynes dan ekonomi islam menawarkan solusi yang relevan dan komperehensif. Keduanya memang memiliki metodenya masing-masing, namun perbedaan itulah yang akan saling melengkapi dalam mengatasi perekonomian. Berikut adalah beberapa aspek utama di mana kedua metode ini berperan penting di masa kini:
1. Mengatasi ketimpangan ekonomi
Teori yang dikemukakan Keynes maupun ekonomi islam telah menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Di mana ekonomi islam yang berfokus pada peningkatan distribusi yang adil dengan pembagian kekayaan melalui zakat dan infak, sedangkan Keynes dalam teorinya memfokuskan pada pentingnya merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mendorong kebijakan fiskal yang lebih besar, seperti belanja publik untuk infrastruktur.