Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya tidak terlepas dari sebuah kebudayaan yang melekat di dalam kehidupan mereka. Kebudayaan hadir dari cerminan kehidupan, tingkah laku dan kebiasaan dari masyarakat setempat. Kebudayaan akan senantiasa hadir dan mengiringi kehidupan pada masyrakat. Kebudayaan atau tradisi yang ada di tengah kehidupan masyarakat tentunya akan terus berkembang seiring berkembangnya zaman. Hal ini dikarenakan masyarakat masih menganggap bahwa dalam kebudayaan dan tradisi terdapat nilai – nilai luhur yang dianggap sakral, sehingga kebiasaaan atau tradisi akan melekat dan sangat sulit untuk dihilangkan .
Indonesia adalah negri yang kaya akan budaya.Salah satunya adalah Madura, yaitu sebuah pulau yang memiliki banyak sekali kebudayaan dan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat. Di Kawasan pesisir di Madura terdapat komunitas masyarakat yang terus menjaga tradisi sebagai sesuatu yang dianggap wajib dilakukan oleh masyarakat yang dikenal dengan tradisi Rokat Tase’ atau petik laut yaitu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai di Madura yang sebagiain besar dari mereka adalah sebagai nelayan.Rokat merupakan Bahasa asli Madura yang berarti membuang selain itu juga dapat diartikan dengan melebur,menghilangkan, dan membebaskan balak atau musibah. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka, dan turun – temurun dilestarikan oleh generasi selanjutnya. Didalam tradisi Rokat Tase’ terdapat nilai – nilai dan norma – norma yang terkandung di dalam nya. Tradisi Rokat Tase’ memiliki maksud dan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil laut dan meminta keselamatan serta kesejahteraan kepada Tuhan yang maha kuasa . Selain itu tradisi ini juga dianggap oleh masyarakat sebagai cara untuk mencegah dari musibah atau malam petaka yang tidak diinginkan selama melaut . “Saongguna adek se taoh asli ka sejarah wal awalla Rokat Tase’ ariah, engkok ghun neros aghi ben ajegeh kebiasaan se e ajerih bengaseppo ka sengkok makle kebiasaan ariah tak elang. Mon caan reng oreng ka’dissak ngormat dha’ pajegenah tase’ se sabben arena lah aberrik hasel tangkep se benyak” Juhari (2021).. (Sebenarnya tidak ada yang tahu betul dengan sejarah awal adanya Rokat Tase’ ini, saya hanya meneruskan dan menjaga kebiasaan yang telah diajarkan oleh leluhur saya agar kebiasaan ini tidak hilang. Kalau kata orang-orang itu menghormati penjaga laut yang setiap harinya telah memberikan hasil tangkap yang banyak ). Dari penjelasan salah satu warga yang tinggal di pesisir pantai di Madura tersebut dapat kita dipahami jika memang sejarah awal adanya Rokat Tase’ ini adalah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka, tradisi ini juga ada sejak zaman nenek moyang mereka yang kemudian terus mereka lestarikan hingga sekarang oleh masyarakat sekitar pesisir. Bapak Haenor (44) selaku panitia Rokat Tase’, beliau mengatakan, “mon edinnak pelaksaan Rokat Tase’ riah lakar cek sakrallah, deri lambek bedeh Rokat Tase’ riah jet tujuannah gebey bentuk syukur ka guste Allah dengan perantara aberrik sesajen ka penguasa se bedeh e tase’. Deri pelaksanaanna paste bedeh istighasah e malem areh ben barzanjien kalaggu’ennah, teros melarungkan sesajen ka tase’ se e beddhei bhitek mon can reng dinnak, kabbhi nelayan paste norok pelaksanaan ariah, siang arenah bedeh acara hiburan sinden, teros kalagguennah e lanjut aghi acara tari muang sangkal ban saronin, kalagguennah bekto lem malem e totop acara ludruk”. (disini pelaksanaan Rokat Tase’ memang sangat sakral, dari dulu adanya Rokat Tase’ ini memang tujuannya sebagai bentuk syukur kepada gusti Allah dengan perantara memberikan sesajen ke penguasa yang ada di laut. Dari pelaksanaannya pasti ada istighasah di malam hari dan barjanji keesokan harinya, semua nelayan pasti ikut pelaksanaan ini, siang harinya ada acara hiburan sinden, kemudian esok harinya dilanjutkan dengan acara tari muang sangkal dan saronen, keesokannya pada malam harinya ditutup dengan acara ludruk).
Pulau Madura adalah pulau yang didalamnya terdapat banyak pantai, karena letak geografis ini lah yang mendominani masyarakat pesisir pantai bermayoritas sebagai nelayan yang menjadikan laut sebagai sumber utama dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kehidupan sehari – hari. Dari hal ini lah terdapat tradisi Rokat Tase’ yang dilestarikan para masyarakat pesisir pantai. Tradisi Rokat Tase’ biasanya di selenggarakan pada bulan – bulan panen ikan, yaitu kisaran bulan enam sampai tujuh.Tradisi ini diselenggarakan selama lima hari berturut – turut oleh masyarakat Madura. Tradisi ini dilakukan rutin setiap tahunnya oleh masyarakat pesir di Madura khususnya para nelayan. Tradisi ini disenggelarakan di tepi pantai atau tempat pelelangan ikan. Tradisi ini diselenggarakan oleh para nelayan dan masyarakat pesisir dengan penuh kesadaran yang menggantungkann hidupnya pada hasil laut. Tradisi ini juga diselenggarakakn untuk tetap menjaga hubungan baik dengan penunggu laut yaitu sosok yang dianggap berkuasa di laut dan diangggap suci oleh masyarakat setempat. Dengan diselenggarakan tradisi ini dapat mempererat hubungan antar warga yaitu terciptanya gotong – royong dan bahu membahu untuk mensukseskan acara tersebut, selain itu di acara pergelaran tradisi Rokat Tase’ juga menjaga hubungan social masyarakat dengan baik dengan menjunjung tinggi solidaritas karena dalam acara ini masyarakat akan saling bertegur sapa dan bersalaman sehingga menciptakan interaksi yang baik.
Proses persiapan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka menyambut pergelaran tradisi ini meliputi persiapan fisik dan persiapan mental. Persiapan fisik diartikan dengan menyiapkan tempat yang akan dipakai untuk menyelenggarakan upacra, panggung untuk pertunjukan, sound sistem, nasi tumpeng beserta jajananya, perahu hias dll. Sedangkan persiapan mental adalah mengenai penyuluhan kepada masyarakat setempat dan para nelayan untuk keikut sertaan serta partisipasinya dalam pelaksanaan acara. Untuk mendukung keberlanggsungan acara perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1). Perahu, dalam tradisi Rokat Tase’ para nelayan akan menghiasi perahu mereka dengan pita, bendera warna – warni dan bunga – bunga. Didalam perahu yang sudah dihiasi tersebut akan di isi dengan sesajen yang sudah di doakan dan disiapkan oleh juru kunci tersebut ,kemudian sesajen akan dilepaskan di tengah laut.
2). Sesaji yang dalam Madura disebut dengan Bu-obu , di dalam sesaji terdapat sebuah simbol yang merupakan lambing dari sebuah peremohonan berkah dari Allah SWT , selain itu juga sebagai sarana untuk menolak mahluk jahat yang akan mengganggu para nelayan saat melaut. Sesaji terdiri dari kebutuhan pokok sehari – hari manusia yaitu kebutuhan akan makanan diantaranya adalah nasi tumpeng , cendol, daging tusuk, beras kuning, pisang, dan daun kemuning. Sesaji ini diletakkan didalam perahu dan tidak boleh di makan ataupun diambil oleh siapapun akan jika pantangan ini akan mendapatkan musibah bagi pelakunya.
3). Kepala kambing, yang diletakkan di pangkalan tempat para nelayan meletakkan perahunya.Kemudian kepala kambing tersebut nantinya akan akan ditaruh di tengah laut bersamaaan dengan sesaji.
Tradisi Rokat Tase’ merupakan warisan dari nenek moyang yanga sudah ada sebelum islam masuk ke Indonesia. Setelah islam masuk ke Indonesia tradisi ini tetap di gunakan karena masih berkaitan dengan islam yaitu meminta keberkahan dari Allah SWT. Di dalam tradisi Rokat Tase’ terdapat beberapa nilai moral yaitu meliputi nilai social, nilai persatuan, nilai gotong – royong, nilai kerukunan, nilai wujud pelaksanaan adat istiadat, dan nilai keagamaan. Pelaksanaan tradisi rokat tasek dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai – nilai moral yang terkandung . Di dalam tradisi Rokat Tase’ di Madura terdapat beberapa rangkaian acara yang di laksanakan dengan berurutan selama lima hari. Pelaksanaan tradisi Rokat Tase’ diawali dengan perlombaan sapi betina yang dihias dengan aksesoris, kategori sapi betina yang memenangkan perlombaan adalah sapi yang dirasa paling cantik dengan aksesoris nya, berat badannya,kebersihannya dan cara berjalannya. Hari selanjutnya akan dilanjutkan dengan pertunjukan seni sepereti tayuban yaitu dengan pergelaran tari – tarian dan nyanyian yang dibawakan oleh seorang sinden. Di hari selanjutnya acara pementasan ketoprak, acara ini adalah acara yang di idolakan oleh masyarakat pesisir para orang tua sampai anak – anak akan hadir yang menyaksikan pertunjukan ketoprak. Setelah pertunjukan seni selesai pada malam hari selanjutnya adilanjutkan dengan pembacaan Al- Qur’an dan pengajian yang di datangi oleh para tokoh agama serta kiyai .Kemudian setelah samua rangkaian acara selesai yang terakhir tradisi Rokat Tase’ di tutup dengan penghiasan pada kapal – kapal nelayan dan melarung sesaji yang telah disiapkan ditengah laut.
Menurut Keesing (1999:2), Antropologi budaya merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut bidang yang lebih sempit yang mempelajari adat-istiadat manusia, yakni studi komparatif mengenai budaya dan masyarakat. Ruang lingkup antropologi terus melus seiring dengan perkembangan zaman termasuk perkembangan budaya pada masyarakata. Presfektif antropologi budaya yaitu mengenaii hasil dari karya cipta manusia serta kebiasaan yang digunakan oleh manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti tradisi Rokat Tase’ yang dilestarikann oleh masyarakat pesisir di Madura merupakan contoh dari presfektif antropologi budaya. Di dalam ilmu antropologi budaya terdapat tujuh unsur kebudayaan yaitu Bahasa, ilmu pengetahuan, organisasi social, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,religi dan kesenian. Tradisi Rokat Tase’ di Madura sudah memenuhi ke tujuh unsur tersebut. Kebudayaan di dalam tradisi masyarakat Madura merupakan seperangkat aturan yang harus diikutii oleh anggota masyarakat .
KESIMPULAN
Masyarakat pesisir di Madura masih melestarikan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Tradisi yang masih dilestarikan oleh masysrakat pesisir pantai di Madura adalah trdisi Rokat Tase’. Tradisi yang dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa sykur atas hasil laut kepada Allah SWT dan meminta keselamatan saat mencari ikan di laut. Tradisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat karena di dalam tradisi ini terdapat nilai – nilai yang dianggap sakral. Tradisi Rokat Tase’ merupakan wujud dari presfektif antropologi budaya. Tradisi ini diselenggarakan pada bulan enam sampai bulan tujuh, karena di bulan – bulan tersebut nelayan mendapatkan banyak hasil ikan. Tradisi ini diselenggarakan selama lima hari dengan berbagai acara yang diawali dengan perlombaan sapi betina, pentas seni seperti ketoprak dan nyanyian simden , kemudian dimalam berikutnya digelar pembacaan Al – qur’an dan pengajian baru keesokan harinya ditutup dengan penghiasan perahu dan melebur sesaji dan kepala kambing di tengah laut.