"Oke teh Chi, makasih ya," ungkap Pipih, sang gadis berlesung pipit itu.
Pipih Nurppadilah, sosok gadis tangguh yang menjabat sebagai Koordinator Umum di kepanitiaan tahun ini. Dibalik senyumnya yang hangat, terdapat beban tajam penuh ekspektasi yang menamcap di pundaknya. Menjadi pemimpin bukanlah perkara yang mudah, apalagi ketika ia harus menyatukan banyak kepala untuk menghasilkan sebuah keputusan. Belum lagi ketika ada kendala tak terduga, Pipih lah yang harus menjadi tameng dari cercaan yang mereka terima.
Selain menjabat sebagai seorang KU, gadis berusia delapan belas tahun ini merupakan seorang mahasiswa dari Universitas Garut. Usia boleh muda, namun kemampuan dan tanggung jawabnya boleh diadu.
"Tapi Pih, koramil turun ke lapangnya mah nanti kan H-4?" Tanya Shidiq pada Pipih.
"Nah tadi tuh ya, bapak koramil bilang mau mulai turun besok."
Mata Chica membulat sempurna ketika mendengar hal itu, lagi-lagi ungkapan Pipih membuat Chica terkejut. Namun kali ini Chica tak sendiri, karena Shidiq pun ikut terkejut bersamanya. Shidiq menepuk jidatnya perlahan, lalu ia menghela nafasnya dengan kasar.
"Arghhhh... kenapa di majuin sih?" Shidiq mendengus kesal.
"Aku belum beres bikin formasinya, mana anak-anak juga belum lancar di PBB," tambahnya.
"Iya ih. Mana besok teh ada pemateri dari puskesmas, jadi ke lapangnya bakal bentar," ucap Chica degan wajah yang ditekuk.
"Itu permintaan dari pihak sananya. Tapi, aku sama kang Fahri udah rencana sih mau diskusiin lagi ke koramil, soalnya kasian anak-anak kalo koramil turun sekarang. Pasti mereka kena abis-abisan," Jelas Pipih.
Perkataan Pipih dengan cepat merubah mimik wajah Chica, kini senyum bahagia merekah sempurna di wajah Chica.