Bangunan yang diberi nama gedung Sekretariat itu, memiliki ukuran yang tak begitu luas, namun cukup untuk menampung para anggota Paskibra. Di dalamnya, terdapat dua ruangan dengan ukuran yang tak terlalu besar, namun memiliki ventilasi yang bagus sehingga cahaya matahari bisa masuk sepenuhnya.
Deretan pakaian dinas upacara atau PDU berwana putih tulang, menyambut kehadiran para pendatang, ketika pertama kali kita menginjakkan kaki di gedung tersebut. Selain itu, keberadaan sebuah rak berisikan berkas-berkas usang yang berdebu, juga sukses menyita atensi bagi siapa pun yang masuk. Jika menelusuri lebih dalam, kita akan disuguhi beberapa kursi serta perlengkapan latihan yang menumpuk tak beraturan.
Tak hanya menjadi tempat pelepas penat semata, gedung Sekretariat juga menjadi saksi bisu bagaimana kerja keras panitia dalam mensukseskan pengibaran. Dari mulai proses perencanaan hingga rapat evaluasi yang memakan banyak waktu, mereka lakukan di bangunan ini.
Tanggal satu agustus menjadi suara peluit untuk dimulainya kegiatan PUSDIKLATSAR atau pusat pendidikan latihan dasar. Kegiatan PUSDIKLATSAR akan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh Protokoler, dimana Protokoler merupakan unit panitia yang bertugas membuat jadwal kegiatan Capas, dari terbitnya sang surya hingga langit senja menghampiri.
Semilir angin segar menghembus masuk, melewati sekumpulan insan yang sedang berkumpul disalah satu ruangan yang ada di gedung sekretariat. Bak penyelamat dikala sang mentari sedang memamerkan sinarnya, para panitia bergegas melekatkan diri pada jendela terbuka yang menjadi celah masuknya udara sejuk itu.
Seorang gadis memejamkan matanya, membiarkan angin membelai surainya dengan lembut.
"Hahhhh.. kenapa panas banget ya, padahal tadi pagi pas aku berangkat dingin banget," keluh Chica.
Chica Silvi Aulia, seorang gadis berparas juwita yang mengemban tugas sebagai seorang Koordinator Protokoler di kepanitiaan tahun ini. Disela kesibukannya sebagai seorang mahasiswi di Institut Pendidikan Indonesia, gadis yang baru memasuki usia kepala dua ini, dengan senang hati menyisihkan waktunya untuk membantu mensukseskan pengibaran tahun ini.Â
"Emangnya kamu tadi berangkat jam berapa Chi?" Tanya seorang laki-laki berambut semi ikal.
Laki-laki itu duduk di samping kanan Chica, sedangkan di sisi kirinya ada sebuah jendela yang terbuka.
"Dari rumah jam 5 lebih, nyampe sini jam 6 kurang," Jawab Chica.