Tak hanya Chica yang menenangkan sang ketua, kini Saripah dan Citra pun ikut memeluk Pipih. Tangisan Pipih sukses menciptakan sebuah dekapan haru yang penuh makna diantara mereka.
"Aku teh terharu. Kalian semua mau nurut sama aku, kalo aku ngasih saran pasti kalian selalu dengerin," ucap Pipih ketika pelukannya sudah terurai.
"Kita kaya gitu karena Pipih juga sama, mau dengerin pendapat sama saran kita. Pasti gak gampang ngurus panitia sama capas teh, tapi Pipih udah lakuin yang terbaik," ucap Pajar dengan sungguh-sungguh.
"Mana Pipih juga selalu pasang badan, kalo Purna Paskibra lagi marah-marah. Terus selalu ngusahain proposal kita di denger sama pihak Kecamatan, yang susahnya pake pisan (sekali)," tambah Shidiq.
"Teteh juga pasti cape pisan (sekali) ngadepin keluhan panitia. Makasih ya teh," ungkap Saripah yang kembali memeluk Pipih dari samping.
"Ahhhhhhh jangan ngomong gitu, nanti aku nangis lagi," ucap Pipih dengan suara yang mulai bergetar kembali.
Dengan cepat Chica menepuk-nepuk punggung Pipih untuk menenangkannya. Untaian kata pujian yang terucap tulus dari mulut mereka, seketika membuat suasana menjadi penuh haru.
"Gak cuma aku doang kok yang cape, kalian juga sama capenya. Ngurus keperluan anak-anak, ngedidik terus ngelatih juga." Pipih menjeda ucapannya sejenak.
"Makasih ya, udah mau ngeluangin waktunya buat jadi panitia tahun ini. Apalagi buat akang-akang sama teteh-teteh yang udah sibuk sama kuliahnya. Padahal kita semua tau, kalo nanti pengibaran sukses yang dapet apresiasi cuma anak-anak, bukan kita," tambahnya.
"Ya kan itu taglinenya bu. Jika pengibaran sukses, Pasbar yang  akan dicari. Tapi jika gagal, maka panitia yang akan dicari," celetuk Pajar dengan kekehan.
"Nah itu hahahaha...," ucap Pipih disertai tawanya yang renyah.