Problema hati sudah biasa dalam naungan
Nikmati selalu, jalani selalu meski tersendat-sendat
Sumber kesejahteraan didapat, mau kemanakah ku berhaluan?
Muak sekali menghirup udara panas dalam ruangan dingin
Apakah kita berteman baik?
Nyatanya masalah sepele jadikan bahan makanan bangkai
Membusuk di belakang, di depan hanya pemanis yang diberikan
Kekurangan jadikan candaan yang berulang-ulang
Kini ditemukan dengan sang polemik racun
Bertanya padaku “apakah kau mau bermuara?”
Tanpa memberikan kata, cukup kekehan kecil
“Kenapa tertawa? Bagaimana kalau kamu bermuara, apakah hatimu berdenyut nyeri atau nyamankah kau?”
Apakah ku harus menjawab dengan lantang yang sebenarnya?
Nyatanya dalam hati yang berbicara.
Lantas kujawab padanya “biasa saja”
Perlukah mengulik cicitan sebelumnya,
Sudah ditetapkan aku yang bermuara
Lalu apakah aku ada pilihan ketika pertanyaan itu diutarakan?
Seekor serigala yang mengetahui matenya.
ngerang, 28 Juli 20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H