“Kenapa tertawa? Bagaimana kalau kamu bermuara, apakah hatimu berdenyut nyeri atau nyamankah kau?”
Apakah ku harus menjawab dengan lantang yang sebenarnya?
Nyatanya dalam hati yang berbicara.
Lantas kujawab padanya “biasa saja”
Perlukah mengulik cicitan sebelumnya,
Sudah ditetapkan aku yang bermuara
Lalu apakah aku ada pilihan ketika pertanyaan itu diutarakan?
Seekor serigala yang mengetahui matenya.
ngerang, 28 Juli 20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!