Mohon tunggu...
Nila Istighfarah
Nila Istighfarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA - Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Hellow! Negative thoughts will never give you a positive life!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Media Sosial dalam Kampanye Politik Menurut Kajian Islam

14 Juli 2022   21:50 Diperbarui: 14 Juli 2022   22:18 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.unair.ac.id/

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (QS. Al-Bayyinah;5). Kemudiaan ketaatan, komitmen kepada seluruh aturan Allah SWT, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan arahan dari partai politik dan pasangan calon (capres/cawapres). 

Lalu keteladanan, menampilkan dan menyampaikan program-program partai atau pasanagan calon dengan cara dan keteladanan yang terbaik (ihsan), yang dimaksud adalah hasus menyampaikan keunggulan partai tidak menjelekkan partai atau golongan lain seperti black campaign, hate speech, dan hoax. 

Kemudian yang terakhir kejujuran, tidak berbohong atau mengumbar janji, jangan menghalalkan segala cara dalam berkampanye, harus apa adanya agar sukses dalam berkampanye.

Islam menyebut politik dengan istilah siyasah. Siyasah ini untuk mengatur segenap urusan umat, maka dalam islam sangat penting siyasah. Islam mencela kepada orang-orang yang tidak mau tahu kepada urusan umatnya. Siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, sesungguhnya islam sebagai saran pengabdian kepada Allah. 

Banyak orang yang menilai istilah politik islam diartikan sebagai politik menurut perspektif islam, hal ini adalah bentuk yang biasa karena dikehidupan kita praktik politik yang kurang atau menyimpang dari ajaran - ajaran islam. Dalam islam mengajarkan untuk berpolitik dengan sifat terbuka, jujur dan amanah. Jika ingin terpilih dalam hal kampanye, maka harus mempunyai prinsip kepemimpinan dalam hal tersebut :

  • Qaulan Sadidan (Perkataan yang Tegas dan Benar) : Jika seseorang mengikuti kampanye dan ingin dipilih menjadi seorang pemimpin, maka harus mempunyai prinsip dari qaulan sadidan yang artinya disetiap perkataanya harus tegas dan benar dalam menyampaikan program dalam kampanye tersebut agar para masyarakat bisa menerima informasi dengan jelas.
  • Qaulan Baligha (Tegas, Lugas, Fasih, dan Jelas Maknanya) : Seorang pemimpin harus mempunyai prinsip dari Qaulan Baligha, menyampaikan informasi berupa visi misi, memperkenalkan program, dan citra dirinya sekaligus partainya dengan jelas dan tegas serta dapat menarik simpati pemilih agar memberikan hak suara dan dukungan.
  • Qaulan Ma'rufa (Perkataan yang Baik) : Untuk menjadi seorang pemimpin harus berkata yang baik dan sopan saat menyampaikan program-programnya tanpa menjelek-jelekan kubu lain, agar para masyarakat bangga dan damai karena tidak ada kata-kata yang menimbulkan kericuhan.
  • Qaulan Maysura (Bermakna Ucapan yang Mudah) : Pada saat menginformasikan sesuatu harus dengan ucapan yang mudah dicerna, mudah dimengerti dan dipahami oleh komunikan sehingga tidak akan menimbulkan kebingungan.
  • Qaulan Karima (Perkataan yang Mulia) : Pada saat berpidato harus mempunyai prinsip Qaulan Karima, menyampaikan perkataan dengan hormat, enak pada saat mendengarkan dan bertata krama disetiap perkataan pada saatt menyampaikan visi -- misi, serta program - program yang telah direncanakan.
  • Qaulan Layyina (Lemah Lembut) : Saat berkampanye harus menuturkan kata yang lemah lembut, suara yang enak didengar, penuh dengan keramahan, sehingga dapat menyentuh hati para masyarakat yang ingin memilih.

Media sosial sangat penting untuk mengembangkan melek politik masyarakat, kita harus melek politik agar membangun kualitas demokrasi, seperti sistem marketing politik di Indonesia, baik pemilu legislatif, pemilu presiden, maupun pilkada dalam mempromosikan calon kandidat.  

Kampanye melalui media sosial juga harus memiliki etika dalam berkomunikasi dimedia sosial dan sesuai dengan ajaran islam, mulai dari memperaktekan etika sopan dan satun dalam media sosial dengan memperhatikan tutur bahasa, tidak menyinggung RAS / SARA, dan jangan memposting artikel yang menimbulkan konflik. (Anwari & Koerniawan, 2015)

Pada kampanye politik, setiap calon yang berkampanye memiliki tujuan persuasive agar masyarakat yakin pada saat pemilihan calon. 

Masyarakat juga harus pintar dalam menerima informasi dimedia sosial, dengan cara melihat bagaimana calon berkomunikasi apa sudah memiliki etika komunikasi dalam islam, jangan mudah terpengaruh pada siapapun, berlaku jujur jangan terima suap dari manapun, agar kita mempunyai hidup yang damai dan sejahtera mempunyai pemimpin yang adil dan jujur.

Sumber Referensi :

Abdillah, L. A. (2014). SOCIAL MEDIA AS POLITICAL PARTY CAMPAIGN IN INDONESIA. Matrik, 16 No. 1. http://jurnal.binadarma.ac.id/index.php/jurnalmatrik/article/view/248

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun