Mohon tunggu...
Irvan Ulvatur Rohman
Irvan Ulvatur Rohman Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer & Digital Marketer

Seorang penulis yang ingin selalu melahirkan karya-karya yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Sebenarnya dari Kesulitan

27 April 2020   11:13 Diperbarui: 27 April 2020   11:10 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah nggak di dalam hidup yang serba dramatisir ini kita dihadapkan pada dua pilihan, antara sulit dan mudah ? contohnya simple saja, andaikan dihadapkan pada sebuah problem lantas lebih memilih untuk menghadapinya atau menghindarinya ? so, sampai saat ini aku masih yakin bahwa hidup adalah sebuah dilemma, yang mau tidak mau harus dilalui. Entah dalam keadaan sulit atau mudah sekalipun."

Sekali lagi dalam tulisan ini, saya ingin menekankan bahwa sukar itu bukanlah sebuah pilihan, akan tetapi sebuah keharusan. Dalam hidup ini pastilah setiap manusia akan memiliki impian dan cita -- cita, memiliki harapan serta memiliki motivasi untuk mengubah hidupnya. 

Tak hayal dalam proses tersebut pastilah akan banyak hal yang kita temui, bahkan sedari kecilpun manusia sudah ditekankan agar mampu melewati apapun yang terjadi. 

Analogi dari kasus melewati lika -- liku kehidupan dapat tergambarkan dengan sangat jelas seperti sebuah kapal yang mengarungi dalamnya samudra, syarat kapal tersebut dapat melewati ganasnya ombak samudra, buruknya cuaca bahkan ngerinya makhluk laut yang ada adalah dengan memperkuat badan kapal, menegakkan layar dan yang tak kalah penting lagi melatih kru kapal agar memiliki skill yang mumpuni. 

Dengan persiapan yang begitu matangnya sebuah keniscayaan untuk kapal tersebut mampu melewati segala tantangan, akan tetapi  tidak menutup kemungkinan bahwa kapal tersebut juga akan karam ke dalam gelapnya samudra.

Namun ada hal yang harus dipahami untuk di jadikan sebagai sebuah pembelajaran kehidupan, pertama seperti yang saya tuliskan di awal sebagai judul dan pembuka paragraf pertama. 

Bahwa sukar itu bukan pilihan akan tetapi sebuah keharusan. Tugas kita adalah mempersiapkan segala sesuatu dalam proses menuju ke masa depan, tentulah disesuaikan dengan kapasitas dan keinginan diri. 

Andaikan keinginan masa depan ialah mewujudkan cita --cita sebagai dokter, teknisi, direktur dsb, maka tentulah suatu keharusan untuk mempersiapkan segala komponen sebagai penunjangnya. 

Pun demikian kita juga dituntut agar mempersiapkan  diri menerima  peristiwa yang disebut "kesulitan alias kesukaran." Yang kedua, sama seperti analogi di atas, bahwa kapal yang siap dengan berbagai kelengkapannya pun tentu bisa karam, itulah yang kemungkinan terjadi dalam lika -- liku kehidupan ini yakni menerima atau legowo terhadap segala kegagalan yang ada. 

Tapi kawan antara kesukaran dengan kegagalan itu memiliki intepretasi yang berbeda. Kesukaran adalah komponen ketika sedang menjalani proses kehidupan, sedang kegagalan adalah sebuah hasil dari proses tersebut.

Lihatlah perjalanan hidup para pengusaha, para perjabat, para pekerja professional mereka membuktikan kepada generasi penerus bahwa untuk merealisasikan impian, sudah semestinya mau dam mampu untuk melewati setiap kesukaran yang ada. 

Sejatinya walaupun kegagalan adalah output, akan tetapi juga tidak bisa terbantahkan bahwa kegagalan bisa menjadi indikator kesuksesan. Pertanyaan besar pun terkuak, kok bisa ?  

Bisa, karena kegagalan adalah manifestasi dari nilai -- nilai perjuangan, apabila dalam proses perjuangan tersebut sering sekali kita meremehkan kemudahan, serta menghindari kesukaran tentulah hasilnya sebuah kegagalan, toh sebaliknya, kesukaran yang dilewati dengan penuh kesungguhan serta kemudahan yang senantiasa terindahkan akan mengantarkan kepada keberhasilan. 

Intinya motivator yang mengatakan bahwa "kegagalan adalah awal dari keberhasilan" adalah terminologi yang dapat dibenarkan apabila mau berubah untuk memperbaiki kegagalan itu sendiri, akan tetapi menjadi sebuah doktrin bersifat kontrakdiktif manakala kegagalan dijadikan sebagai tembok besar yang dijadikan sebagai alasan untuk berhenti dan berhenti.

Akhirnya dalam sesi ini, saya ingin membenarkan sebuah ungkapan, bahwa kesukaran bukan untuk dihindari atau dijadikan alasan sebagai suatu kegagalan, akan tetapi jadikanlah kesukaran sebagai pelengkap dari datangnya kemudahan. 

Tiada mungkin dalam menempuh panjangnya jalur bernama kehidupan ini mulus -- mulus saja, karena aka nada kerikil, tikungan bahkan hambatan kompleks lainnya. 

Dan saya ingin mengajak kawan -- kawan semua untuk tidak terjebak dalam terminologi semu bahwa kesukaran adalah penghambat datangnya kesuksesan, akan tetapi tekankanlah bahwa setiap kesulitan yang datang kepadamu pastilah jalan untuk mencapai puncak kesuksesanmu. 

Diantara kemudahan dan kesulitan tidaklah bisa dijadikan sebagai pilihan, antara kemudahan dan kesulitan adalah dua komponen yang saling bertautan serta harus dirasakan sebagai ujian kelulusan untuk menerima ijazah keberhasilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun